Tak terhitung jumlah foto selfie yang beredar di dunia media sosial dewasa ini. Seorang saja bisa mengunggah lebih dari tiga kali sehari ke dalam akun pribadinya. Foto-foto tersebut menampilkan ragam kegiatan yang tengah dilakukan, mulai dari sekadar berkumpul bersama teman atau keluarga, menyantap makan siang, berolahraga, atau sekadar duduk diam menatap ke arah jendela.

Tak perlu waktu lama hingga dunia mengakui bahwa media sosial menjadi salah satu jendela untuk memasarkan sebuah produk. Produk apa pun itu. Bahkan, tak perlu menjadi seorang selebritas untuk menjadi duta merek, asalkan memiliki ribuan pengikut (follower) yang sesuai dengan target pasar produk.

Industri pariwisata Indonesia pun berterima kasih pada melejitnya tren media sosial dan selfie. Pengakuan datang antara lain dari Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang mengatakan keberadaan media sosial turut mendongkrak popularitas obyek wisata di Banyuwangi.

Jika sebelumnya Banyuwangi hanya dikenal dengan Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, atau Kawah Ijen, kini area yang lebih terpencil pun dirambah. Sebut saja Pantai Pulau Merah dan Teluk Hijau. Teluk Hijau belum terlalu lama dibuka untuk umum, tetapi dengan segera menjadi buah bibir. Di sejumlah media, Abdullah mengemukakan, pariwisata Banyuwangi melejit hingga 1.000 persen pada 2013 hanya dengan promosi di media sosial.

Tidak hanya Banyuwangi, banyak destinasi lain di Indonesia yang namanya kian terkenal berkat unggahan foto di sebuah media sosial. Jejaring media sosial khusus mengenai dunia pariwisata pun terus bermunculan. Dari sekadar mengunggah foto selfie di sebuah destinasi, jadi menggugah rasa penasaran teman-teman sang pemilik akun. Semakin jauh dan sulit ditempuh suatu destinasi, semakin seksi untuk dikejar. Media sosial pun menjadikan segala hal yang menarik menyebar cepat layaknya virus. Kali ini, yang disebarkan adalah virus positif. [ADT]