Sumpah Pemuda, kata yang menjadi salah satu tonggak lahirnya bangsa ini. Dengan semangat yang lahir melalui tiga butir ikrar tersebut, Indonesia mampu keluar dari kekuasaan dan penindasan kolonial. Sudah seyogianya, semangat tersebut terus dijaga dan dikobarkan dalam mengisi kemerdekaan Republik ini.

Bagi generasi muda, semangat tersebut dapat tuangkan dalam banyak hal, misalnya kegiatan-kegiatan positif yang dapat mengharumkan Merah Putih di kancah internasional. E-sport atau olahraga elektronik dapat dijadikan salah satu sarana bagi anak muda untuk mengekspresikan diri sekaligus turut berkompetisi dalam olahraga rekreasi tersebut.

Dalam sebuah kesempatan, Ketua Umum Federasi Olahraga Rekreasi untuk Masyarakat Indonesia (Formi) Hayono Isman mengemukakan, olahraga ini patut dikembangkan di Tanah Air. “E-sport adalah kegiatan atau salah satu cabang olahraga yang cukup menarik. Di sini dibutuhkan kemampuan matematika dan strategi, karena si pemain dituntut untuk mengasah otak dan menghitung dengan cermat gim-gim yang dimainkannya.”

Hayono menambahkan, olahraga berbasis komputer dan teknologi ini turut membangun kebersamaan satu sama lain yang pada akhirnya dapat menjadi wadah untuk mempererat persatuan. “Di olahraga ini tidak mengenal istilah suku, agama, ras, dan golongan, semua membaur dan bersatu membuat strategi jitu dalam mengalahkan lawan.”

Sambutan positif

Gayung bersambut. Perkembangan olahraga elektronik yang digemari anak muda ini mendapat sambutan positif pemerintah, bahkan Presiden Jokowi berharap agar kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam dunia pendidikan di masa akan datang.

Memang, sekilas e-sports hanyalah kegiatan bermain gim secara online dengan gamer-gamer yang tersebar di berbagai penjuru. Namun, bila dicermati lebih dalam, aktivitas yang biasanya digemari generasi milenial ini termasuk pada olahraga kompetitif yang para pemain saling berhadapan dalam gim virtual untuk menjadi yang terbaik.

Meski hingga saat ini pendidikan e-sports belum masuk ke kurikulum pendidikan, dengan perkembangan dan penelitian serta edukasi lebih mendalam, tidaklah mustahil olahraga daring tersebut masuk ke kurikulum andalan dalam waktu dekat. Nilai-nilai yang terkandung, seperti kekompakan, kerja keras, strategi, dan kejujuran menjadi alasan bahwa kegiatan ini patut diperhitungkan.

Sementara itu, Kenneth Fok yang terpilih menjadi Presiden Asian Electronic Sports Federation (AESF) menggantikan Natalya Sipovich mengatakan olahraga ini tumbuh begitu cepat. “Ini adalah salah satu olahraga dengan pertumbuhan tercepat di dunia, terutama di Asia. Teknologi berubah begitu cepat dan kami harus bekerja sama dengan mitra untuk memperluas jangkauan.”

Produsen

Nvidia menjadi salah satu perusahaan teknologi asal Amerika Serikat yang secara berkesinambungan mengiringi perkembangan e-sports di dunia. Di Indonesia, produsen yang terkenal dengan kartu grafis ini menggelar program sertifikasi GeForce untuk iCafe di kawasan Asia Pasifik yang berfungsi sebagai arena e-sport, termasuk Indonesia.

“Sebagai motor utama dalam mengoptimalkan performa gaming, Nvidia terpanggil untuk semakin terlibat dalam mendukung lahirnya arena e-sport canggih melalui program sertifikasi GeForce. Serta diharapkan semakin mampu mengoptimalkan kemampuan, potensi, serta raihan prestasi para pelaku dunia e-sport,” ujar Country Business Nvidia Indonesia Haryono Kartono dalam siaran tertulisnya.

Ke depannya, iCafe yang tersertifikasi akan memiliki akses ke sejumlah driver GeForce GTX iCafe yang dirancang khusus. Driver tersebut telah melalui serangkaian pengujian dari NVIDIA Quality Assurance Laboratory serta Microsoft Windows Hardware Quality Labs (WHQL).

Ketua Umum Asosiasi e-Sport Indonesia Eddy Lim menyambut baik upaya tersebut. “GeForce-Certified iCafe dapat menjadi fasilitas pembinaan para atlet olahraga digital Indonesia yang dituntut terus mengasah diri agar mampu bersaing dan menjadi terbaik di kejuaraan antarbangsa.” [BYU]

Foto : Shutterstock.com

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 28 Oktober 2017