Multitasking. Kata ini jamak kita dengar. Istilah tersebut kini seolah menjadi tuntutan manusia modern yang menginginkan segala sesuatu serba cepat dan serba praktis. Multitasking diartikan melakukan sejumlah aktivitas dalam satu waktu. Hal ini dipandang dapat menyingkat waktu dan membantu meningkatkan produktivitas. Benarkah demikian?

Sebagian orang menyetujui multitasking. Dengan multitasking, seseorang dapat melakukan berbagai hal sekaligus. Namun, tidak sedikit pula yang menentang multitasking.

Sisi negatif

Penentang multitasking mengungkapkan, multitasking mempunyai sejumlah kelemahan. Pertama, multitasking memang dapat menyingkat waktu. Sayangnya, melakukan dua atau lebih aktivitas dalam satu waktu dapat membuat kualitas hasil pekerjaan menurun atau tidak optimal.

Hal ini terjadi ketika saat menyelesaikan dua pekerjaan atau lebih, titik berat perhatian atau fokus otak terbagi, tetapi bekerja lebih keras. Hal ini membuat konsentrasi pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan tidak mencapai 100 persen.

Kedua, multitasking menjadi tidak masalah jika dilakukan hanya dalam satu waktu atau kesempatan. Namun, jika multitasking dilakukan secara terus-menerus dengan beban pekerjaan atau jumlah aktivitas ditambah, hal ini dapat membuat tekanan pekerjaan semakin tinggi. Dalam waktu yang lama, hal ini berisiko menimbulkan stres dan depresi.

Ketiga, akibat konsentrasi atau titik berat perhatian terbagi-bagi, informasi yang terserap ke dalam otak pun tidak maksimal. Jangan heran jika Anda mudah lupa jika telah melakukan multitasking terlalu sering. Banyaknya informasi yang tertumpuk di otak membuatnya bertahan tidak lama.

Keempat, multitasking berisiko menjauhkan seseorang dari kehidupan sosial. Karena terlalu fokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan, perhatian Anda pada lingkungan sekitar menjadi berkurang. Hal ini termasuk juga teman-teman dan keluarga Anda. Orang-orang di sekeliling tanpa  sadar bisa terabaikan karena Anda terkesan terlalu “sibuk”.

Banyak jenis multitasking yang tidak disarankan. Misalnya, mengendarai sepeda motor atau mobil sambil menelepon, berbicara dengan orang lain tetapi Anda memainkan ponsel, dan menonton televisi sambil belajar. Efeknya beragam, mulai dari konflik dengan orang di sekitar Anda hingga kecelakaan di jalan raya.

Sisi positif

Efisiensi waktu dan produktivitas memang menjadi keunggulan dari multitasking. Dengan melakukan dua aktivitas atau lebih, porsi waktu yang seharusnya untuk dua aktivitas pun berkurang menjadi seolah-olah satu aktivitas saja.

Dengan waktu yang singkat dan pekerjaan lebih banyak, diharapkan hasil yang didapat pun lebih banyak, dengan kata lain produktivitas meningkat. Namun, hingga kini, belum ada penelitian yang mengungkapkan bahwa produktivitas yang mengungkapkan, produktivitas manusia berkat multitasking dapat menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Aktivitas sehari-hari seperti mendengarkan musik sambil belajar dan menonton televisi banyak dianggap terlepas dari multitasking. Idealnya, multitasking adalah mengerjakan dua atau lebih pekerjaan dengan fokus perhatian yang sama. Namun, dalam kenyataannya, mendengarkan musik sambil belajar atau menonton televisi tidak bisa dikatakan sebagai dua aktivitas dengan fokus perhatian yang sama.

Sebagai contoh, saat belajar sambil mendengarkan musik. Otak pastilah hanya terfokus pada satu aktivitas saja. Misalnya hanya mendengarkan musik atau belajar. Jarang ditemukan orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan dua aktivitas atau lebih dengan hasil yang sempurna.

Jadi, pada intinya, multitasking bisa dilakukan bila hanya satu aktivitas yang berjalan efektif atau mempunyai fokus perhatian penuh. Sementara itu, aktivitas lainnya bersifat negatif atau lebih lemah dan tidak mendominasi. Dengan demikian, multitasking bisa berjalan. [MIL]

noted: dua sisi multitasking