Diet TLC, seperti diwartakan Medicinenet.com, merupakan program penurunan berat badan yang diinisiasi National Institute of Health (NIH) dan didukung American Heart Association. Diet ini sebenarnya tidak fokus untuk menurunkan berat badan, tetapi lebih pada menekan kadar kolesterol dalam tubuh. Namun, mengelola pola makan untuk menurunkan kolesterol biasanya juga diikuti dengan berkurangnya berat badan.
Kolesterol jahat
Komponen kolesterol ada tiga macam, yaitu low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat, high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik, dan trigliserida. LDL disebut kolesterol jahat karena bisa memicu penimbunan plak pada pembuluh darah.
Lama-kelamaan, penimbunan plak itu bisa menghambat aliran pembuluh darah berupa penyempitan serta memicu aterosklerosis. Salah satu implikasi dari penyempitan pembuluh darah ini yakni penyakit jantung koroner.
Tingginya kolesterol jahat bisa disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak sehat. Contohnya, gorengan dan jeroan. Jenis makanan tertentu seperti udang dan cumi-cumi juga dikenal mengandung kolesterol tinggi.
Asupan kolesterol sebenarnya dibutuhkan tubuh, tetapi jika jumlahnya berlebih bisa memicu sejumlah gangguan kesehatan serius. Apalagi jika asupan kolesterol tidak dibarengi dengan olahraga atau aktivitas fisik yang seimbang dan gaya hidup sehat lainnya.
Ketika kolesterol meningkat, yang dikhawatirkan adalah kadar LDL juga ikut naik. Kadar kolesterol tinggi, sebenarnya bisa diatasi dengan minum obat-obatan tertentu. Namun, lebih disarankan kamu melakukan cara alami yang aman dan mudah diterapkan, seperti diet TLC ini.
Prinsip dasar
Inti diet TLC adalah untuk mengurangi asupan makanan yang dapat memicu peningkatan jumlah LDL. Guna mempraktikkan diet ini, terdapat sejumlah prinsip dasar. Pertama, mengurangi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol jahat, lalu menggantikannya dengan asupan makanan yang lebih berserat tinggi.
Kedua, menurunkan berat badan. Diet TLC bisa membuat berat badan turun. Namun, jika kamu menjalankan diet lainnya, secara tidak langsung kadar kolesterol pun akan berkurang berkat pengaturan pola makan yang lebih baik.
Ketiga, aktivitas fisik. Diet ini juga menekankan pentingnya olahraga atau aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari atau 3 hari dalam seminggu. Olahraga atau kegiatan fisik setara olahraga dapat membantu meningkatkan jumlah kolesterol baik dan menurunkan kolesterol jahat.
Selain itu, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Di antaranya, asupan lemak jenuh kurang dari 7 persen dari total kalori per hari, asupan kolesterol sebaiknya kurang dari 200 miligram per hari, dan lebih banyak mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran, buah, gandum, atau beras merah.
Kamu juga disarankan untuk makan makanan bergizi yang minim kandungan kolesterol. Contohnya, daging ayam kampung dan ikan tanpa kulit, susu rendah lemak, dan kacang-kacangan.
Lebih sehat
Beberapa narasumber yang sudah mencoba diet TLC mengatakan, mengubah pola makan itu membutuhkan pembiasaan diri. Awalnya terasa “aneh”, tetapi lama-kelamanan biasa saja. Tubuh pun terasa lebih segar, berat badan berkurang, dan kadar kolesterol dalam darah bisa stabil di bawah 200.
“Saya sudah sangat mengurangi makanan cepat saji. Termasuk nasi putih, garam, dan gula tebu. Pada menu makanan harian juga sudah minim minyak atau gorengan. Terus pas masa pandemi ini, saya juga lebih teratur minum jamu dari bahan-bahan alami, seperti jahe,” kata Monika, salah satu pekerja media di Jakarta.
Ia mengaku dirinya lebih sehat dan tidak mudah sakit. Setelah sekitar dua minggu menerapkan pola makan yang tinggi serat dan sedikit lemak, berat badannya berkurang hingga 2 kilogram. Selain itu, kolesterol dalam darahnya di bawah 200.
Diet TLC cocok untuk kamu yang ingin menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Namun, kamu juga boleh berkonsultasi dulu pada dokter spesialis gizi sebelum memulai diet TLC. Aturlah menu harian agar bervariasi dan tetap menyehatkan. [*]