Bukan rahasia umum bahwa tugas ibu masa kini semakin besar tantangannya, terutama untuk ibu bekerja. Banyak hal yang harus dipahami, mulai dari pemahaman soal anak, rumah tangga, suami, pekerjaan, hingga finansial untuk ibu masa kini.

Walaupun sudah dimudahkan dengan berbagai teknologi untuk segala urusan, bukan berarti pekerjaan seorang ibu serta merta menjadi mudah juga. Dengan dunia yang semakin dinamis ini, ibu modern harus mengerti soal pengaturan waktu dan prioritas.

Berikut ini adalah beberapa pelajaran finansial yang harus dipahami oleh ibu-ibu masa kini yang bisa dipahami dan dipelajari terkait keuangan.

Terbuka soal keuangan

Ibu sebagai kepala rumah tangga memang memegang peranan penting dalam arus kas keuangan. Hal ini masih menjadi hal yang lumrah dalam rumah tangga saat ini. Walaupun demikian, bukan berarti ini menjadi area absolut seorang ibu. Justru ibu bisa menjadi pengingat kepala keluarga tentang kondisi keuangan.

Meskipun, kamu sudah membagi tugas tentang pembayaran sehari-hari, sebagai ibu bisa membantu meringankan tugas suami sebagai pencari nafkah utama untuk mengurus keuangan. Selalu sediakan waktu setiap minggu untuk membahas kondisi keuangan keluarga, mulai dari pengeluaran, pemasukan, berapa sisa uang bulanan, sampai kemungkinan menambah pundi-pundi pendapatan.

Dari sini, selain menjaga keuangan keluarga tetap sehat, kamu juga bisa membuka ruang-ruang komunikasi dan menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan.

Membagi rekening

Cobalah untuk membagi rekening untuk beberapa kebutuhan. Siapkan rekening untuk kebutuhan bersama atau rumah tangga. Pisahkan dari rekening pribadi. Jika Ibu tidak memiliki penghasilan, berarti sang suami bertugas untuk mengisi rekeningnya.

Namun, bukan berarti hal ini menjadi hal yang kaku. Kegunaan rekening pribadi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Walaupun demikian, tetap saja rekening personal itu sebisa mungkin selalu dikomunikasikan agar saling terbuka jika ada masalah keuangan. Bukan menjadi hak prerogatif kamu dan suami tak perlu tahu.

Yang jelas, perhatian utama harus kepada rekening bersama karena kepentingan untuk keluarga dan anak-anak. Rekening bersama ini difungsikan agar semuanya menjadi terukur dan transparan. Termasuk jika kamu harus memberikan uang kepada orangtua. Diskusikan harus menggunakan rekening yang mana. Kamu tidak mau ada hal yang disembunyikan bukan?

Mengatur arus kas

Sebagai seorang kepala rumah tangga, Ibu masa kini setidaknya harus memahami soal arus kas keuangan. Terutama dalam kaitannya dengan kredit. Hal ini bisa membantu keluarga dalam hal mengatur arus kas.

Misalnya, saat memiliki kartu kredit, Ibu harus bisa memahami soal pelunasan kreditnya, yang mungkin juga harus menahan belanja hal yang lain dulu sementara. Atau contoh lainnya misalnya saat melakukan pembelian aset, sebagai Ibu bisa membantu menghitung pengeluaran yang harus dibayarkan setiap bulan. Lalu, di mana peran suami? Mereka tentunya harus menjaga supaya aliran pendapatan tetap terjaga, atau justru naik.

Jika salah satu pihak punya sejarah kredit yang tidak baik, sebaiknya selesaikan dulu salah satunya. Setelah itu, baru kamu bisa mengajukan kredit yang lebih besar atas nama berdua. Hal ini untuk menjadikan sejarah kredit kamu tetap bagus di mata perbankan.

Baca juga :

Pertimbangkan punya asuransi

Jika suami sebagai pencari nafkah satu-satunya, sebaiknya pertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa. Jadi saat, suami dipanggil Tuhan, ibu bisa menggunakan uang asuransinya untuk melanjutkan hidup atau membiayai sekolah anak.

Walaupun demikian, pertimbangkan juga untuk memiliki asuransi kesehatan masing-masing. Ibu masa kini harus memahami juga pentingnya asuransi karena ketika anak-anak sudah hidup sendiri, Ibu dan suami harus melindungi diri juga agar tidak memberatkan anak di masa depan. Ingat, anak bukan ATM masa tua kamu.

Jangan tabu dengan asuransi unitlink. Fungsi unitlink sendiri agar premi kamu tidak mengalami kenaikan akibat biaya kesehatan yang terus naik setiap tahun. Diskusikan dengan pihak asuransi dan carilah agen yang baik agar kamu tidak kecewa kepada asuransi yang malah berujung fatal di masa tua.

Siapkan dana pensiun, baru dana pendidikan

Dana pendidikan bisa didapatkan dengan cara mengambil pinjaman dari koperasi ataupun bank. Tapi, kalau dana pensiun, tidak bisa. Jika kamu dan suami adalah pekerja, sebaiknya alokasikan sekitar 10-15 persen dari pendapatan untuk masuk dana pensiun. Ini penting, apalagi kalau perusahaan tidak menyediakan.

Kalau terlalu besar, kamu bisa menyisihkannya dari bonus dan THR. Kamu bisa memasukkannya di deposito, jika awam dengan investasi, atau instrumen investasi lainnya yang juga aman dan rendah risiko seperti reksadana pendapatan tetap atau pasar uang.

Setelah ini sudah berjalan lancar dan sesuai rencana, baru rencanakan biaya pendidikan anak. Untuk jangka pendek, bisa menggunakan deposito atau tabungan berjangka, namun untuk kuliah pertimbangkan juga asuransi pendidikan. Karena saat salah satunya dipanggil Tuhan, rencana pendidikan anak tetap bisa cair saat mereka menginjak kuliah. Karena saat anak memasuki perguruan tinggi, kamu dan pasangan sebaiknya sudah berada di kondisi ekonomi yang baik, jika belum bisa disebut mapan.