Memiliki anak yang sehat dan bertumbuh kembang dengan baik adalah harapan setiap orangtua. Untuk itulah, mengajarkan dan menerapkan gaya hidup sehat perlu dilakukan anak masih berusia dini.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini merupakan hal penting untuk anak karena kesehatan gigi merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Oleh karena itu, idealnya, secara rutin anak juga perlu memeriksakan gigi ke dokter gigi. Sama seperti rekomendasi bagi orang dewasa, disarankan hal tersebut dilakukan minimal enam bulan sekali.

Sayangnya, yang kerap jadi persoalan adalah rasa takut yang mendominasi pikiran si buah hati saat diajak pergi ke dokter gigi. Hal inilah yang kerap kali membuat anak enggan dan akhirnya niatan untuk pergi pun kandas.

Dukungan orangtua

Di sinilah pentingnya komitmen orangtua untuk senantiasa menjaga kesehatan gigi putra-putrinya. Menurut dokter spesialis gigi anak, drg Melissa Antonia SpKGA, orangtua perlu mengetahui bahwa sebenarnya tak perlu ragu dan takut untuk membawa anak ke dokter gigi.

“Sangat lumrah jika di tahap awal, anak akan takut, rewel, dan menangis. Namun, jika orangtua rutin mengajaknya ke dokter gigi, lama-kelamaan anak akan tahu dan terbiasa, dengan kebiaaan baik ini. Bahkan akan lebih baik lagi jika jangan menunggu sampai si kecil mengeluh sakit gigi. Sebab, anak yang ke dokter gigi dalam keadaan tak ada keluhan, umumnya akan lebih kooperatif,” ujar Melissa.

Sambil bercerita seputar pengalamannya menangani pasien anak, Melissa menegaskan, “Untuk memudahkan pekerjaan kami, dukungan dan kerja sama orangtua penting sekali. Sebaliknya, jika ada orangtua bersifat overprotective pada anak, malahan lebih menyulitkan kami. Karena ketika hendak ditangani dengan cara apa pun, kerap tidak diperbolehkan orangtua karena takut si anak kesakitan.”

Untuk itulah, edukasi penting ditanamkan kepada orangtua tentang pentingnya merawat gigi, dimulai dengan merawat gigi susu. Melissa kembali bercerita, terkadang banyak orangtua beranggapan bahwa gigi susu nantinya akan tanggal dan berganti gigi tetap, jadi buat apa untuk ditambal atau dirawat?

Persepsi itulah yang keliru dan perlu diperbaiki karena sebenarnya masalah kesehatan gigi anak di Indonesia masih tinggi. Kasus yang paling banyak dihadapi hingga saat ini adalah gigi berlubang (karies gigi).

Melissa bertutur, “Jika gigi susu bermasalah, tentu anak tidak bisa makan dengan enak. Apalagi jika gigi susunya hancur, hal itu bisa memengaruhi gigi tetapnya. Sebab saat anak anak menginjak usia 5 sampai 6 tahun, gigi susunya mulai tanggal dan gigi tetap mulai tumbuh.”

Dokter spesialis gigi anak ini dengan ramah menyarankan kepada setiap orangtua, jika anak sudah berusia setahun, sebaiknya jangan terus menerus diberikan makanan lunak. Sebaliknya, justru mulailah memberikan makanan lebih bertekstur. Cara ini bagus untuk mengurangi risiko gigi berlubang karena adanya proses mengunyah. Di sinilah kelenjar air banyak terstimulasi untuk membantu mencegah masalah karies gigi.

Tak lupa, periksakan pula anak ke dokter gigi spesialis ortodonti (spesialis kawat gigi) paling lambat pada usia 7 tahun. Pasalnya, di usia itulah, rata-rata gigi tetap anak mulai tumbuh. Jika demikian, kelainan susunan gigi pun dapat terdeteksi dan dicegah supaya tidak bertambah parah.

“Passion”

Berbekal kepedulian terhadap kesehatan gigi anak Indonesia, bersama drg Olivia Bratanata SpkGA, Melissa mendirikan Kidz Dental Care Clinic pada 2007. Selang tiga tahun kemudian, drg Priska Hendrawan SpOrt bergabung sehingga pelayanan klinik mereka semakin lengkap dan terintegrasi. Nama klinik turut diperbarui menjadi Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic.

Olivia menerangkan alasannya ikut bergabung mendirikan klinik gigi khusus anak. “Sejak kuliah, kami memang memiliki passion di spesialis gigi anak. Nah, setelah itu diperhatikan ternyata di Indonesia masih sangat jarang ada klinik gigi khusus anak. Berbekal hal itulah akhirnya kami bersepakat mendirikan Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic,” ucapnya.

Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic berlokasi di kawasan perumahan Puri Indah, Jakarta Barat. Menempati lantai dasar sebuah rumah, desain klinik itu dirancang cermat dan kreatif demi menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman untuk pasien anak.

Saat di klinik, anak bisa memilih dulu film yang disukai untuk diputar di ruang dokter. Sambil menunggu giliran, anak bisa bermain atau membaca buku cerita. Kemudian ketika anak diperiksa, orangtua dapat melihat kondisi gigi anak lewat televisi di depannya karena adanya fasilitas intraoral camera (kamera yang masuk ke dalam mulut). Di sisi lain sambil diperiksa giginya, anak dapat menonton film favorit mereka. Seusai pemeriksaan, pasien anak bisa mendapatkan hadiah sebagai bentuk apresiasi.

Olivia menambahkan, “Di sini kami memiliki program pemeriksaan gigi untuk anak usia setahun untuk membantu pencegahan masalah gigi berlubang. Selain itu, kami dapat menangani kesehatan gigi untuk anak-anak berkebutuhan khusus.” [AJG]

 

Tips Merawat Gigi Anak

  1. Menyikat atau membersihkan gigi sejak gigi pertamanya tumbuh.

Segera mulai kegiatan membersihkan gigi sedini mungkin agar anak terbiasa.

  1. Perhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak.

Batasi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue manis, es krim, dan susu. Cobalah untuk menguranginya secara bertahap. Ganti dengan makanan bergizi, seperti buah-buahan, keju, atau sayuran yang lebih sehat bagi tubuh dan gigi.

Hindari minum susu botol sambil tertidur atau untuk anak yang lebih besar hindari mengemut makanan. Pasalnya, makanan atau susu yang tergenang dalam waktu lama dapat menyebabkan gigi berlubang.

  1. Periksa gigi anak ke dokter gigi minimal enam bulan sekali.

The American Academy of Pediatric Dentistry menganjurkan untuk memeriksakan kesehatan gigi anak setiap enam bulan sekali. Direkomendasikan untuk memilih dokter gigi spesialis anak sehingga dapat lebih memahami kondisi anak baik secara biologis maupun psikologis. [*]

(Sumber: Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic)

noted: cara menyenangkan merawat gigi anak

foto: tommy budi utomo