Sejak beberapa tahun silam, olahraga lari menjadi marak. Masyarakat urban yang makin sadar kesehatan memilih untuk menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk kebugaran tubuh. Namun, kini ajang olahraga lari tak sekadar menawarkan kebugaran. Ada pengalaman lain ketika kita bisa berolahraga sekaligus menikmati sajian budaya dan kuliner yang kaya.

Mulanya, lari memang hanya identik dengan aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan tubuh. Namun, kini maknanya telah bergeser. Tujuan untuk mendapatkan tubuh bugar tak hilang, tetapi ada keuntungan lain yang didapatkan. Lari juga bisa menjadi ajang bersosialisasi. Ibarat virus, olahraga lari pun menyebar dengan cepat.

Meski menyehatkan dan menyenangkan, hambatan yang kerap dikeluhkan orang banyak tentang berlari adalah sempitnya waktu luang, apalagi pada pagi hari. Saatnya berpikir bahwa olahraga yang murah ini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Tidak harus pagi, lari bisa dilakukan sore dan malam hari.

Nah, kesempatan untuk berlari malam sembari bersenang-senang menikmati beragam hiburan dan kuliner akan dihadirkan harian Kompas pada 15 November mendatang. Ajang bertajuk Lantern Night Run ini dihelat di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Lewat Lantern Night Run, harian Kompas mencoba menfasilitasi warga Asia yang ada di Indonesia untuk membangun gaya hidup sehat dan bersentuhan kembali dengan budaya Asia.

Acara lari akan dimulai setelah matahari terbenam. Dalam perjalanan, kejutan-kejutan menanti peserta. Setiap peserta akan mendapatkan glow stick atau glow wide bracelet yang nyala cahayanya menimbulkan sensasi tersendiri ketika berlari. Ada pula glow powder, bubuk berkilauan yang sengaja ditaburkan di beberapa titik pada rute berlari. Sebagai penyemangat, musik-musik seru dari panggung hiburan akan mengiringi peserta mencapai garis finis.

Setelah menyelesaikan lari sejauh lima kilometer (5K), peserta akan bersama-sama menerbangkan lampion dari kertas. Di antara gelapnya malam, cahaya dari ribuan lampion ini akan berpendar indah di langit.

Peserta juga akan dihibur dengan penampilan spesial dari Tompi, Refill, The Angels Percussion, dan Delizious Devina. Uzie Anggana, salah satu dari duo anggota The Angels Percussion, antusias menyiapkan diri untuk Lantern Night Run. “Kami akan menampilkan konsep splash drum light,” ungkap Uzie. Dari alat perkusi, akan tampak bias cahaya disertai percikan air ketika alat tersebut ditabuh.

 

Gelaran kuliner dan budaya

Yang menarik, Lantern Night Run juga akan menyuguhkan festival kuliner dan budaya. Ada beragam kesenian yang bisa disimak, antara lain Reog Ponorogo, Barongsai, dan tari-tarian tradisional. Selain itu, ajang ini sekaligus menghadirkan beragam kuliner dari Indonesia, Korea, Jepang, dan Tiongkok.

Duck King, salah satu pengisi festival kuliner, akan menyajikan menu-menu andalan yang lekat dengan budaya Tiongkok dan Jepang. Aneka dimsum, nasi bebek panggang, nasi cha siu ayam, tempura, atau teppanyaki akan memanjakan lidah Anda. Lidah Anda pun akan bertualang merasakan kekayaan kuliner beragam negara.

makanan 1 sht

 

makanan 2 sht

 

Masakan char siu misalnya, Di Tiongkok, negara asalnya, masakan ini amat populer. Nama ini berasal dari kata char yang berarti garpu dan siu yang berarti panggang. Masyarakat tradisional Tiongkok dahulu menusukkan garpu pada daging yang sudah dibumbui, kemudian membakarnya di dalam oven atau di atas api. Kini, char siu telah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi lebih kaya dengan perpaduan tradisi kuliner di negara lain.

Manajer Marketing Duck King Sussy Suwarni mengatakan, “Beragam sajian di Duck King dimasak oleh koki-koki khusus dengan resep yang autentik. Rasa yang dihasilkan pun original, apalagi telah disesuaikan dengan selera Indonesia.”

Lantern Night Run menawarkan pengalaman yang begitu kaya dalam satu paket. Di sini, Anda bisa menikmati perpaduan apik antara gaya hidup dan budaya. [NOV]

noted: bugarkan tubuh, manjakan lidah

foto: shutterstock