Situasi yang memprihatinkan ini tentunya juga melahirkan banyak cerita sedih. Mulai dari cerita pemutusan hubungan kerja, pengangguran bertambah, bisnis yang gulung tikar, sampai susahnya mencari kerja.
Dari kondisi ini, sebenarnya kita bisa belajar tentang bagaimana cara menyusun keuangan tahan bencana. Ini karena pada era seperti sekarang, kondisi yang memengaruhi keuangan bisa saja terjadi lagi.
Mengelola keuangan saat pandemi
Setidaknya ada tujuh cara bijak mengelola keuangan untuk mengantisipasi hal seperti ini.
1. Punya dana darurat
Saat pandemi mendera, orang berbondong-bondong untuk berinvestasi dengan maksud untuk menutup penurunan pendapatan. Itu bagus, karena orang mulai melek investasi. Namun, hal itu tidak tepat dalam cara kelola keuangan.
Dari pandemi ini, kita belajar untuk bisa memiliki dana darurat. Dengan dana darurat, kamu bisa “membeli waktu” untuk bertahan ketika penghasilan menurun atau menunggu pekerjaan baru. Investasi tidak bisa selikuid itu. Lagi pula, dana darurat sebaiknya memang harus dimiliki sebelum memutuskan berinvestasi.
2. Memperhitungkan utang
Saat masih bekerja, orang cenderung tidak memperhitungkan rasio pendapatan dan pengeluarannya. Ada orang yang menghabiskan hampir separuh lebih penghasilannya untuk mencicil barang. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika tiba-tiba dia diputus kontraknya oleh kantor karena kondisi saat ini?
Dari pandemi ini, kita bisa belajar tentang rasio utang terhadap pendapatan. Beragam konsultan keuangan sudah menyarankan, utang kredit seseorang sebaiknya tidak lebih dari 20-30 persen dari penghasilan bulanan. Itu juga harus dibagi antara utang konsumtif dan utang produktif. Oleh karena itu, sebaiknya mulailah untuk belajar mengelola utang.
3. Pentingnya asuransi kesehatan
Di Indonesia, asuransi dianggap sebagai momok menakutkan dan biaya yang paling tidak penting. Mereka menganggap, hal yang beli tidak terlihat bentuknya dan tidak bisa digunakan langsung. Oleh karena itu, orang masih enggan menggunakan asuransi. Padahal, asuransi membantu kita mengelola dan merencanakan keuangan.
Coba dibayangkan, Covid-19 yang diperkirakan akan menjadi endemik ini tidak lagi diberikan subsidi perawatan dari pemerintah. Berapa tagihan yang akan kamu bayar? Asuransi kesehatan saat ini mampu mengalihkan risiko pembayaran perawatan di rumah sakit sesuai tagihan sampai miliaran rupiah.
Baca juga :
4. Menjaga gaya hidup
Sering kali gaya hidup tidak diperhitungkan. Selama bisa membayar dan cukup, maka tidak apa-apa. Ingat, hidup kamu tidak hanya soal memperjuangkan gengsi dan gaya hidup. Kamu masih punya masa pensiun, sedekah, dan mempersiapkan keluarga. Oleh karena itu, sebaiknya, pengeluaran untuk gaya hidup sebaiknya juga direduksi sekitar 20-30 persen dari pendapatan bulanan.
Angka patokan ini tidak kaku, tetapi sebaiknya disesuaikan dengan tingkat gaji. Jika tidak puas dan tetap ingin mengikuti gaya hidup, jawabannya hanya satu, cari pendapatan tambahan di luar pekerjaan tetap.
5. Membuat perencanaan
Hal tentang keuangan yang bisa dipelajari saat pandemi selanjutnya adalah membuat perencanaan keuangan. Dari sini kita belajar, agar keuangan tetap bertahan, semuanya harus tercatat. Dari situ, kita terbiasa menganggarkan sesuatu.
Jadi, jika situasi pelik seperti sekarang ini datang lagi, kita bisa tahu apa yang harus direduksi atau dikurangi pengeluarannya sehingga kondisi keuangan bisa tetap terjaga walaupun gaya hidup harus diturunkan.
6. Membagi investasi
Investasi yang baik adalah dengan memiliki banyak diversifikasi. Seperti sekarang ini, ketika pandemi melanda, pasar saham cukup terpukul. Sementara itu, pasar emas bertumbuh lambat. Paling tidak, pertumbuhan investasi masih ada positifnya.
Untuk itu, jika ingin berinvestasi, sebaiknya jangan menaruh di satu kantong. Kamu bisa mempertimbangkan investasi lainnya, seperti reksa dana pasar uang, emas, dan lainnya di luar saham semata.
7. Side hustle
Ini merupakan istilah terkini dari pekerjaan sampingan oleh anak muda saat ini. Pekerjaan sampingan bisa mendukung dan mempertahankan laju finansial kamu. Seiring dengan dengan perubahan permintaan.
Sudah banyak cerita bagaimana orang dengan pekerjaan sampingan mampu mempertahankan kondisi keuangannya dari krisis.
Nah, sekarang sudah tahu tentang cara kelola keuangan agar tahan “bencana”. Yuk, mulai dipersiapkan sebelum kondisi ini kembali lagi.