Selain kemacetan, hujan juga menjadi kondisi paling tidak disukai oleh para pengendara, terlebih pengguna sepeda motor. Selain karena harus lebih fokus dalam melihat kondisi sekeliling saat menancap gas dan bermanuver, bikers juga harus membawa perlengkapan lain seperti baju ganti, sepatu cadangan, hingga jas hujan.

Untuk yang terakhir disebut, pengendara juga harus cermat saat menggunakan pelindung antihujan tersebut.

Polda Metro Jaya melalui Twitter-nya @TMCPoldaMetro, mengajak para pengendara sepeda motor agar tidak menggunakan jas hujan model ponco. Pasalnya, jas hujan tersebut berisiko tersangkut di roda belakang sehingga dapat memicu kecelakaan.

Seruan pihak kepolisian melalui media sosial itu tidaklah berlebihan. Indra (36), salah seorang pekerja lepas tinggal di bilangan Slipi, Jakarta Barat, pernah mengalami hal yang membuatnya nyaris jatuh karena menggunakan jas hujan ponco.

“Pas gerimis, saya langsung menepi dan mengeluarkan jas hujan. Dalam hitungan detik, jas hujan berwarna biru sudah melindungi badan saya dari gerimis. Memang, jas hujan yang saya pakai jenis ponco, alasannya karena simpel dan mudah disimpan di balik jok. Namun, belum sampai 100 meter saya melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saya diklakson dan merasa ada yang menarik jas saya dari belakang. Ternyata, jas hujannya nyangkut di setang sepeda motor orang lain,” terang Indra.

Untungnya, lanjut pria yang menggunakan sepeda motor jenis bebek tersebut, ia tidak berkendara dengan kecepatan tinggi sehingga tidak sampai terjatuh. “Masih untung, saat itu sedikit macet sehingga saya tidak ngebut. Nyaris jatuh tapi refleks saya mengerem dan bisa mengendalikan keadaan. Sejak itu, saya tidak lagi menggunakan jas hujan ponco. Sekarang, di balik jok sepeda motor sudah saya siapkan jas hujan model setelan,” ujarnya mantap.

Jas hujan model setelan, meski seolah menyulitkan saat hendak digunakan, memberikan kenyamanan dan perlindungan lebih terhadap kenyamanan dan keselamatan.

Budi (35), karyawan swasta yang bekerja di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, merasa nyaman menggunakan jas hujan model setelan. “Agak memakan waktu, sih, pas mau memakai jas hujan. Harus buka sepatu, memindahkan tas, baru mengenakan jas hujan bagian bawah kemudian atas. Namun, selama di perjalanan, walau hujan cukup deras, air tidak membasahi badan. Wajar ada basah dikit karena ada sedikit celah. Risiko (jas hujan) menyangkut ke roda belakang atau kendaraan lain juga tidak ada. Pokoknya seperti pakai baju biasa saja,” paparnya.

Ban dan lampu

Selain menggunakan jas hujan setelan, hal lain yang tak kalah penting saat berkendara di musim hujan adalah memastikan kondisi ban dalam keadaan layak pakai. Hindari menggunakan ban yang sudah tipis atau botak. Pastikan pula usia ban tidak lebih dari 4 tahun sejak pemakaian pertama (pemakaian normal).

Jika kedalaman telapak ban (ban standar) kurang dari 2 milimeter, segera Anda ganti dengan yang baru. Ban tipis dapat mengganggu kenyamanan dan keselamatan berkendara karena daya cengkeram yang minim. Tekanan angin pun harus sesuai dengan anjuran produsen.

Guyuran hujan, meski di siang hari, dapat mengurangi jarak pandang pengendara. Oleh sebab itu, tak ada salahnya Anda secara rutin memeriksa seluruh lampu yang bertengger pada bodi sepeda motor. Cahaya lampu yang terang, selain memudahkan Anda melihat jalan, dijadikan penyambung informasi kepada pengendara lain bahwa Anda tengah melintas.

Hujan sering kali memacu para pengendara sepeda motor untuk melajukan kendaraannya semakin kencang agar dapat tiba di tujuan lebih cepat dan tidak basah kuyup. Hal ini amat tidak dianjurkan. Berkendaralah dengan bijak dan lebih berhati-hati saat bermanuver di jalan basah. [BYU]

noted: bijak berkendara saat hujan

foto: shutterstock