Bagaimana dengan mereka yang menderita penyakit kronik tertentu yang dapat berisiko jika tetap melakukan puasa? Penderita diabetes, misalnya, jika tidak dilakukan secara tepat, berpuasa dapat menimbulkan risiko komplikasi yang berbahaya.
Menurut Dr Taufiqurrokhman SpPD dari RS Mitra Medika Batanghari di Jambi, puasa diperbolehkan bagi penderita diabetes sepanjang kendali gulanya baik. “Kita dokter hanya menyarankan dan memberi nasihat puasa dengan gula terkendali,” ujar Dr Taufiq menambahkan.
Patuhi saran dokter
Apa yang disampaikan Dr Taufiq sejalan dengan edukasi yang disampaikan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) yang menganjurkan tenaga kesehatan, termasuk dokter, agar dapat membantu pasien diabetes yang ingin menjalankan puasa Ramadhan guna mengurangi terjadinya risiko yang tidak diinginkan, dengan memberikan edukasi khusus Ramadhan pada pasien. Terbukti dari suatu penelitian bahwa edukasi khusus Ramadhan pada pasien diabetes memperbaiki kepatuhan pasien pada rekomendasi yang dianjurkan dalam menjalani puasa Ramadhan.
Maklum saja, pasien diabetes yang akan menjalani puasa Ramadhan, memiliki sejumlah risiko yang tak diinginkan, seperti dehidrasi, hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis dan thrombosis. Meskipun demikian, data Perkeni menyebutkan sebagian besar pasien diabetes (sekitar 83-89 persen) tetap ingin mejalankan puasa Ramadhan meskipun mempunyai risiko yang tinggi.
Dr Taufiq menambahkan, salah satu risiko yang dikhawatirkan terjadi pada penderita diabetes adalah hipoglikemi, yaitu gula turun di bawah 70 mg/dl. Apabila kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dl atau naik hingga 300 mg/dl, maka segeralah batalkan puasa. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa Anda mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia.
Baca juga:
Lalu apa saja tanda-tanda hipoglikemia yang harus diwaspadai? Beberapa tanda yang timbul antara lain tangan gemetar, dada berdebar-debar, berkeringat dingin, lapar, perubahan kesadaran, kebingungan, dan nyeri kepala. Bila tanda-tanda itu muncul, segera batalkan puasa.
Begitu pula pada kasus hiperglikemia. Bila muncul tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa haus yang hebat, lapar, sering buang air kecil, rasa lemah, kebingungan, mual atau muntah, serta nyeri perut, segera berbuka puasa dengan minum air putih yang cukup. Setelah itu, segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan perubahan dosis obat atau insulin untuk hari berikutnya.
Perhatikan nutrisi dan cairan yang masuk
Nutrisi dan cairan yang masuk ke dalam tubuh menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Kebutuhan kalori harian dalam jumlah 1.200-2.000 kalori didistribusikan untuk sahur (30-40 persen) dan berbuka (40-50 persen), ditambah 1-2 camilan sehat (10-20 persen). Komposisi nutrisinya terdiri dari karbohidrat (40-50 persen), sebaiknya dengan indeks glikemik rendah sehingga energi dapat dilepaskan secara perlahan; protein 20-30 persen; lemak 30-35 persen yang lemak jenuh harus dibatasi kurang 10 persen dari total asupan kalori harian; dan tentu saja asupan serat yang cukup dari buah dan sayur.
Makan sahur disarankan seakhir mungkin menjelang imsak. Makanan yang mengandung banyak gula tentu harus dihindari setelah berbuka puasa dan di antara waktu makan. Hindari juga minuman berkafein karena bersifat diuretik yang dapat menyebabkan dehidrasi. Penting juga mempertahankan tingkat hidrasi pada penderita diabetes dengan minum cukup air sebanyak 30-50 cc per kg per berat badan, (disesuaikan dengan kondisi ginjal dan jantung pasien). Hal ini dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan risiko thrombosis. Dengan mematuhi saran dokter serta memperhatikan nutrisi dan cairan yang masuk, penderita diabetes juga dapat menjalankan ibadah puasa dengan nyaman. Selamat menunaikan ibadah puasa. [AYA]