Untuk membantu para pekerja, baik lulusan baru maupun profesional dalam mengembangkan keterampilan berpikir sistematis, Growth Center by Kompas Gramedia bekerja sama dengan Klob mempersembahkan webinar berjudul System Thinking and Problem Solving pada Jumat, 19 Maret 2021. Adji Pramono, Lead Curriculum dari Hacktiv8, tampil sebagai pembawa materi.
Pada webinar ini, peserta belajar tentang cara berpikir sistematis dan kerangka kerja pemecahan masalah yang sering diterapkan para profesional di perusahaan-perusahaan rintisan maupun korporasi.
Adji mengawali sesinya dengan mengidentifikasi empat tahapan yang perlu dilakukan dalam proses pemecahan masalah, yaitu memberikan konteks pada masalah, menyederhanakan penyebab masalah, menantang solusi yang ada, dan cara mengimplementasi serta menilai.
“Kerangka ini selalu saya terapkan selama saya bekerja dan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang saya hadapi selama ini,” jelas Adji.
Memberikan konteks pada masalah
Mencari solusi yang tepat tidak akan berhasil tanpa pemahaman yang jelas mengenai masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, Adji menguraikan tiga hal yang harus dicari tahu saat dihadapi dengan suatu pernyataan masalah.
Pertama, subyek utama dari suatu masalah. Hal ini akan menunjukkan apa yang dijadikan fokus dan landasan dalam pemecahan masalah.
Kedua, melihat alasan di balik diangkatnya suatu masalah yang berguna sebagai perbandingan data. Selain itu, mengevaluasi latar belakang masalah tersebut juga mampu memberikan gambaran akan aspek tertentu dari subyek utama yang harus diperbaiki.
Ketiga, mencari pembanding masalah. Adji menekankan bahwa setiap masalah muncul karena ada pembandingnya. Oleh karena itu, poin ketiga ini dibutuhkan untuk memvalidasi masalah serta solusinya yang nanti akan dirumuskan.
“Semakin dekat kamu melihat, semakin sedikit yang kamu amati,” papar Adji mengutip film Now You See Me. Adji menjelaskan, sama seperti saat memecahkan masalah, terlalu fokus pada satu hal akan menghambat kita untuk melihat apa yang ada di sekitarnya. Kita perlu mengambil langkah ke belakang dan mencoba untuk mencari variabel lain yang dapat dilihat secara lebih makro (helicopter view).
Namun, sekadar memahami belum cukup untuk memberikan konteks pada masalah tersebut. Adji menyatakan satu sifat utama yang harus dipunyai seorang pemecah masalah adalah membuat pemikiran yang tidak biasa dengan menggunakan perspektif baru. Atau, dengan kata lain, berpikir sistematis.
Ia menggarisbawahi pentingnya mengumpulkan fakta-fakta dari suatu masalah dengan terus mempertanyakannya. Dengan begitu, masalah-masalah terselubung dan akar-akar permasalahan akan mudah ditemukan.
Menyederhanakan penyebab masalah
“Jika kamu tidak tahu cara menyelesaikannya, masalah itu terlalu besar,” cetus Adji saat menjelaskan tahap kedua dari pemecahan masalah. Tahap ini dilakukan dengan mengambil akar-akar permasalahan dan memvalidasikan serta menyederhanakannya untuk menentukan mana yang harus diimplementasikan.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah membedakan variabel yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Variabel yang dapat dikontrol adalah hal-hal yang bisa dikendalikan dan diubah sesuai dengan keputusan kita.
Sementara itu, variabel yang tidak dapat dikontrol adalah penyebab-penyebab yang berada di luar jangkauan kita sehingga tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memengaruhinya. Fokus pada variabel yang dapat dikontrol akan mengerucutkan pandangan untuk memprioritaskan hanya melakukan apa yang memang bisa dilakukan. Hal ini juga akan berdampak pada bagaimana merencanakan mitigasi risikonya di kemudian hari.
Sebelum menentukan solusi-solusi yang ingin diprioritaskan, alangkah baiknya untuk mempertimbangkan kembali solusi yang ada. Oleh karena itu, Adji membagikan cara untuk mendapatkan opsi yang paling baik dan efektif.
Pertama, fokus pada satu variabel yang berbeda di antara semua solusi yang ada. Adji menegaskan bahwa pengimplementasian beberapa solusi secara bersamaan menyebabkan ketidakpastian akan masalah dan solusi yang sebenarnya.
Kedua, membandingkan usaha dan pengeluaran. “Selalu bandingkan solusi yang membutuhkan usaha yang kecil dan yang besar, serta pengeluaran yang kecil dan yang besar. Ini dikarenakan kita ingin mencari solusi yang paling efisien, yaitu pengeluaran rendah, tetapi pengaruh yang besar,” jelas Adji.
Mengimplementasi dan menilai solusi
Menyelesaikan suatu solusi bukanlah akhir dari proses penyelesaian masalah. Solusi itu harus dinilai supaya dapat dikembangkan lagi nantinya. Dalam menentukan indikator kesuksesan dari solusi, Adji memperkenalkan kerangka berpikir kritis yang dapat digunakan, yakni objectives and key results (OKR) yang digunakan oleh tim-tim besar yang memiliki banyak tujuan.
Metode ini menyelaraskan nilai-nilai yang diteguhkan oleh suatu perusahaan dengan tujuan yang harus dicapai dengan kolaboratif. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam penyusunan OKR adalah simpel, mempunyai tenggat waktu, dapat didefinisikan secara numerik, target harus dicapai bukan dilampaui, memberikan inspirasi, serta berdasar pada data historis.
“Hal terakhir yang saya ingin sampaikan adalah jangan takut memulai. Untuk dapat mencapai 100 langkah, itu dimulai dari langkah nomor satu. Menginisiasi adalah hal yang paling penting,” tutur Adji pada pesan penutup di akhir sesi. Ia menegaskan bahwa bermimpilah setinggi-tingginya. Tetapi ingat bahwa yang paling penting adalah memulai segalanya dari hal kecil.
Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!
Penulis: Clara Lourdessa Oryza E, Editor: Sulyana Andikko.
Baca juga : Mengenal Perjalanan Profesi Sulih Suara