Dalam sebuah pertemuan pada sore yang riuh dengan dinamika kota Jakarta, pemusik sekaligus psikolog Ribut Cahyono berkata, Mau dengar lagu pertama ciptaan saya? Ia lantas mengeluarkan ponselnya dan memperdengarkan sebuah lagu tentang eloknya mawar merah. Lagu itu dikarang waktu umur saya sembilan tahun, lanjutnya.
Musik telah mengalir dalam jiwa Ibut panggilan akrab Ribut”sejak usianya masih dini. Sampai saat ini, ia masih konsisten bermusik. Ibut adalah manajer personal kelompok musik Cozy Street Corner; staf humas Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (Pappri); pendiri indie label Cupu Records; penggagas gerakan Peduli Musik Anak (PMA); sekaligus pengelola Yayasan Praktisi Psikolog Indonesia. Belajar musik secara otodidak dan berlatar belakang pendidikan psikologi, Ibut mencoba menggali fungsi musik untuk kepentingan aplikasi psikologi musik.
Menurut Ibut, pasar musik sebenarnya sangat luas, tetapi ada celah-celah yang belum banyak dikembangkan oleh industri musik Indonesia seperti musik untuk pendidikan maupun terapi. Ibut juga memiliki keprihatinan terhadap musik untuk anak yang kian terpinggirkan. Menurutnya musik anak seharusnya digarap melalui pendekatan musik untuk pendidikan, bukan hiburan semata. Bersama Karina Adistiana, istrinya, Ibut membentuk PMA beberapa tahun lalu. Dari sisi psikologis, sebenarnya musik bisa jadi sarana yang efektif untuk mendidik anak, ujar Ibut. Proyek-proyek yang dikerjakannya di PMA dan di Bilik Musik Psikologi UI ketika ia menjabat Manajer Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni di Fakultas Psikologi UI pun berkutat di seputar pemanfaatan musik untuk pendidikan.
Kiprah Ibut sekarang tak terlepas dengan perjalanannya sejak kecil. Musik telah mengambil hati Ibut sejak ia duduk di bangku SD. Seiring usia yang bertambah, minatnya terhadap musik juga semakin besar. Ketika masih seorang siswa SMP, Ibut mengikuti lomba cipta lagu. Inilah titik di mana saya sadar musik bisa dijadikan profesi. Saya merasa harus mempertanggungjawabkan lagu secara profesional,ujar Ibut. Pada usia belasan akhir, Ribut bermain musik bersama musikus Didi Agepe dan Dian HP, juga dalam rangka rekaman untuk mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1987“1988. Karier formalnya di bidang musik pertama kali ditapaki kala memutuskan langsung bekerja di PT Aquarius Musikindo sebagai asisten label manajer WEA begitu lulus sebagai sarjana psikologi.
Bagi Ibut, belajar bisa dari mana saja. Salah satu laboratorium musiknya dulu adalah toko musik Duta Suara yang berada di Jalan Sabang, Jakarta. Ia bisa berlama-lama nongkrong di toko musik tersebut. Menurut saya, toko ini pustaka musik yang paling kaya. Saya bisa dengar katalog musik yang lebar, aku Ibut. Majalah musik populer Aktuil juga turut memperdalam pemahamannya soal musik. Belajar dari apa yang didengar dan dibacanya, Ibut bisa mengenali karakter berbagai jenis musik.
Bermusik adalah tentang mengonfirmasi passion. Kalau memang punya minat besar di musik, cobalah merasakan pengalaman musikal itu, bermain dan mencipta. Secara tidak langsung, kita nantinya bisa masuk ke industrinya, tutur Ibut soal bagaimana menjadi pemusik. Kunci lain yang juga akan membuka banyak jalur karier bermusik, memperluas jaringan dan tak henti berkarya. [NOV]
foto: Ribut Cahyono