Jam telah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika langkah kaki tak henti mencari tempat berkumpulnya anak-anak di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, untuk membaca dan berbagi ilmu. Tempat yang beralamatkan di Jalan Manggarai Utara VI ternyata berada di gang yang minim pencahayaan dan jauh dari ingar-bingar kesibukan kawasan elite Jakarta.

Kesan yang ditangkap setelah menemukan alamat yang dituju adalah kerasnya kehidupan masyarakat sekitar untuk bertahan hidup. Namun, kesan keras tersebut ditenteramkan tulisan di spanduk yang terpasang pada salah satu bangunan sederhana. Tertulis “Komunitas Jendela Jakarta”.

Dengan tagline “Prepare The Reader To Build The Future”, komunitas ini mampu menjadi oasis bagi anak-anak di kawasan Manggarai melalui taman baca sederhana yang dihadirkannya. Meski bukan lembaga formal, komunitas ini tak berhenti berupaya untuk menghadirkan wadah bagi anak-anak di sekitar untuk meningkatkan minat baca mereka.

Bukan hanya hadir sebagai taman baca, kakak-kakak yang tergabung sebagai relawan di komunitas ini juga berbagi ilmu kepada para adik asuh tentang segala hal yang bermanfaat untuk mengembangkan softskill mereka. Hal ini diharapkan kelak dapat membantu kehidupan para adik asuh menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Koordinator Komunitas Jendela Jakarta Andi Priyanto mengatakan, “Komunitas Jendela pertama kali didirikan di Yogyakarta pada 2011. Visi dan misi kami yang utama adalah meningkatkan minat baca anak. Dari hal ini diharapkan anak-anak bisa mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari buku yang mereka baca sehingga dapat membuka cakrawala pengetahuan mereka menjadi lebih luas lagi.

Selain Yogyakarta, saat ini, Komunitas Jendela telah tersebar di Jakarta, Bandung, Malang, Lampung, dan Medan. Untuk cabang Jakarta sendiri, komunitas ini telah hadir di Manggarai, Jakarta Selatan; Sunter, Jakarta Utara; dan Serpong.

Buku memang tampak sederhana, tapi dari bukulah segala pengetahuan di dunia ini dapat kita ketahui. Buku adalah jendela dunia, begitu katanya, dan memang benar adanya. Perlahan tetapi pasti, kegiatan membaca buku juga dapat membuat seseorang mulai berubah menjadi lebih baik.

“Sebagai contoh, awal mulanya ada satu anak yang sepertinya nggak bisa diam, katanya dulu suka melawan orang tua, tapi semenjak dia mulai sering membaca buku, anak ini kemudian tampak lebih kalem. Kalem dalam artian sekarang dia lebih memilih untuk membaca buku untuk mengisi waktu luangnya dan tidak melawan orang tua lagi. Ini berdasarkan cerita yang dilaporkan oleh salah seorang orang tua adik asuh di Komunitas Jendela,” papar Andi.

Selain menghadirkan bacaan buku-buku yang bermanfaat bagi adik-adik asuh yang terdiri dari usia prasekolah hingga remaja ini, Komunitas Jendela juga menghadirkan berbagai kegiatan untuk mengembangkan softskill para adik asuh, seperti cooking class, belajar membuat dan melakukan presentasi, mengadakan kegiatan seputar leadership, dan tak lupa melengkapinya dengan kegiatan religi.

Saung belajar

Komunitas Jendela Jakarta cabang Serpong, misalnya. Berlokasi di Taman Rekreasi, Kampung Curug RT 01/01, Desa Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, tempat komunitas ini beraktivitas jauh dari bangunan mal dan perumahan mewah lainnya. Hanya ada saung besar dengan bentangan sawah di sekitarnya. Perpustakaan yang berdiri sejak tahun lalu itu kini menjadi ruang bermain sekaligus belajar bagi sekitar 20–30 anak usia PAUD dan SD.

Kegiatan di Perpustakaan Serpong diagendakan setiap Minggu. “Ada program Setor Buku, kegiatan 1 bulan 1 buku. Setiap anak diwajibkan membaca minimal 1 buku dalam satu bulan. Setelah selesai, mereka menceritakan kembali isi buku tersebut. Ada juga program kakak asuh (beasiswa), program belajar tiap weekend, nonton bareng, program praktikum, dan kunjungan ke museum,” ujar Andi Perdana (27), salah satu relawan yang telah bergabung dengan Komunitas Jendela sejak 2012.

Tidak tertutup pula kemungkinan berkolaborasi dengan komunitas lain seperti kegiatan pada Minggu (15/5) lalu. Komunitas Jelajah Buku (Jejaku) mengisi kegiatan bersama adik-adik dengan mendongeng, menyusun huruf, dan bermain angklung. Meski aktivitas dimulai dari siang hingga sore, mereka tetap semangat. Terlebih lagi, saat berhasil memainkan lagu “Tanah Airku” dengan angklung.

“Selama bergabung dengan komunitas Jendela, banyak sekali yang didapat, misalnya bagaimana cara menghadapi anak-anak. Bagaimana cara mengajar dan menyampaikan materi dengan bahasa yang dimengerti oleh anak-anak. Di sini juga saya bertemu banyak teman dari komunitas lain yang menginspirasi,” lanjut Andi.

Komunitas Jendela juga menerima bantuan sumbangan buku dari berbagai pihak. Buku-buku yang nantinya akan dikirim ke berbagai cabang mereka ini tentunya akan melalui proses seleksi terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk memetakan kebutuhan baca sesuai dengan usia para adik asuh.

Anda yang berminat untuk mendonasikan buku-buku bacaan dan tertarik bergabung menjadi relawan Komunitas Jendela dapat mengontak mereka via Twitter @IniJendela. Ikuti pula kisah dan jadwal kegiatan mereka di Komunitasjendela.org. Yuk, berbagi buku, berbagi Ilmu, cerahkan masa depan bangsa. [ACH/GPW]

noted: Bermula dari Minat Baca