Rehat sejenak, berhenti dari aktivitas rutin. Penghujung tahun menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga terdekat, yang pada hari-hari biasa kerap menjadi agenda kedua karena kesibukan. Berbagi kehangatan dan keriaan, sebagian orang sudah mengatur agenda untuk menutup tahun dengan sempurna.

Bagi travel blogger Wira Nurmansyah, menghabiskan waktu bersama keluarga menjadi agenda menutup tahun ini. “Dekat saja, ke Bandung. Menginap di Bandung bersama keluarga karena memang jarang bepergian bersama keluarga. Staycation ajalah,” terangnya.

Staycation di sebuah hotel atau resor kerap menjadi pilihan Wira untuk berlibur. Baginya, staycation menjadi pilihan untuk berlibur yang benar-benar bisa memberinya istirahat penuh. “Makanya lebih prefer staycation di hotel atau resor yang bagus biar refreshing-nya terasa. Kalau sudah resor biasanya, sih, full di tempat, enggak ke mana-mana. Kalau di hotel, biasanya masih keluar tapi yang dekat-dekat paling hanya untuk makan,” terangnya.

Staycation yang kini menjadi tren memang kerap menjadi pilihan bagi orang-orang yang memiliki kesibukan tinggi untuk kembali menjalin koneksi dengan orang-orang sekitar. Menginap di sebuah hotel, meski masih di dalam kota, menjadi alternatif pengisi hari kosong yang efektif.

Wira pun menegaskan, meski sepanjang tahun bepergian ke tempat-tempat berlibur yang menarik dan menyenangkan, tetapi sejatinya ia bekerja. Banyak hal yang harus ia lakukan sepanjang perjalanan maupun pulang dari perjalanan, sehingga tidak bisa benar-benar dikatakan berlibur. “Travel blogger, kan, juga butuh liburan,” ujarnya sambil tertawa.

Menjalani profesi sebagai travel blogger dan fotografer lepas sejak 2008, pria berusia 28 tahun ini kenyang bepergian sepanjang tahunnya. Dalam sebulan, rata-rata ia bepergian sebanyak 2–3 kali. Sekali pergi menghabiskan waktu selama 5–7 hari. “Tahun ini saja saya beberapa kali mendapat undangan ke Jepang untuk mempromosikan pariwisata Jepang,” ceritanya.

Ia menuturkan, menggunakan jasa travel blogger kian diminati beberapa tahun terakhir ini karena dianggap sebagai media promosi pariwisata yang efektif untuk menyiarkan informasi ke berbagai penjuru dunia. Menggunakan media blog atau sosial media, influencer—demikian istilah yang digunakan—dianggap memiliki peranan kuat dalam perkembangan industri pariwisata.

“Apalagi untuk memperkenalkan sesuatu yang baru, menggunakan influencer ini efektif sekali. Selain Kementerian Pariwisata, badan pariwisata dari berbagai negara juga sekarang aktif mengundang travel blogger untuk bekerja sama,” ujar Wira.

Menjadi salah satu travel blogger sejak 2010, Wira kini sudah menjelajahi lebih dari 20 negara. Namun, perjalanan paling berkesan baginya justru saat berkelana di negeri sendiri, yakni Flores pada 2011.

“Flores memberi banyak kejutan bagi saya. Awalnya hanya tahu tentang komodo, tetapi saat ke sana berkenalan dengan alam, budaya, dan orang-orangnya, semuanya ternyata berbeda dari persepsi saya sebelumnya. Orang-orang Flores, walau katanya berperawakan seram, hatinya baik-baik. Gara-gara di sana pula saya jadi suka minum kopi, karena setiap hari saat bertandang ke rumah penduduk selalu disuguhi kopi. Kan tidak mungkin saya tolak, karena ini bagian dari cara mereka menghargai tamu. Saya juga baru tahu, ternyata kopi Flores itu enak sekali,” kisahnya.

Menghabiskan tahun baru baginya juga tak perlu harus larut dalam ingar-bingar keriaan. Ia justru punya tips otentik, hasil pengalamannya beberapa tahun lalu saat masih duduk di bangku kuliah.

“Naik sepeda dari malam sampai pagi saat malam tahun baru, itu seru. Melihat mobil-mobil ‘parkir’ di tengah jalan, sementara kita melenggang tenang,” pungkas Wira sambil tertawa. [ADT]

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Desember 2017