Namanya memang unik. Namun, soal rasa, sengkulun memang spesial. Sengkulun adalah makanan ringan asli Betawi. Sayangnya, camilan ini semakin langka. Barangkali di sekitar kampung adat Betawi, masih ada yang membuatnya.
Penampilan sengkulun terkesan bersahaja, warnanya ada yang cokelat, merah muda, hijau, atau kombinasi cokelat-hijau. Warna cokelat berasal dari gula merah. Sedangkan warna lainnya bisa berasal dari penambahan pewarna makanan. Bentuknya bundar, tapi ada juga yang persegi. Penganan ini disuguhkan bersama parutan kelapa.
Apabila melihat rupa aslinya, kamu mungkin jadi teringat dengan kue keranjang. Ya, sengkulun merupakan makanan khas Betawi yang mendapat pengaruh budaya Tionghoa. Bahannya pun mirip kue keranjang, yaitu tepung ketan dan gula. Selain menggunakan gula merah, ada juga sengkulun yang menggunakan gula pasir.
Tekstur sengkulun dan kue keranjang juga tak jauh beda, kenyal dan manis. Bedanya, kue keranjang biasanyanya lebih padat dan lebih keras dibandingkan sengkulun. Kue keranjang juga tidak menggunakan tambahan kelapa parut saat disajikan.
Sengkulun juga terasa lebih gurih dibanding kue keranjang. Ini karena tambahan kelapa parut. Namun, ada pula yang mencampurkan santan kental sehingga sengkulun terasa lebih lembut, tanpa mengurangi sensasi gurih di dalamnya.
Tak banyak orang yang memasak sengkulun di Jakarta. Bisa jadi salah satu alasannya karena pembuatan sengkulun cukup menyita waktu. Meski bahan-bahan untuk membuat sengkulun cukup sederhana, proses memasaknya bisa memakan waktu hingga lebih dari dua jam.
Baca Juga: 5 Resep Olahan Tepung Ketang yang Mudah Dibuat di Rumah Â
Bila ingin tampilan lebih menarik, sajikan sengkulun di atas daun pisang. Taburi atau letakkan parutan kelapa segar di sekitar sengkulun. Sengkulun pun akan tampil cantik.
Saat berbuka puasa, rasa manis sengkulun terasa ramah untuk lambung yang belum terisi sedari pagi. Parutan kelapa menyelipkan sensasi segar dan gurih. Usai menyantap sengkulun, kamu bisa melanjutkan menikmati makanan utama. [*]