Penggunaan material plastik untuk ragam kebutuhan terbilang baru, berkembang pesat pada abad ke-20, tetapi dampaknya bisa dirasakan secara luas. Bumi kini memiliki “benua” baru, yang kerap disebut benua plastik.

Laut bagi penduduk Indonesia bukanlah suatu hal yang asing. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi lautan. Laut menjadi jalur transportasi antarpulau, sumber pangan, sekaligus menjadi sumber devisa dari industri pariwisata.

Sayangnya, menjaga laut masih belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Laut masih dipandang sebagai tempat pembuangan sampah yang paling efektif. Ombak memang akan menyapu sampah hilang dari pemandangan. Namun kita lupa, kumpulan sampah itu akan berhenti di suatu tempat, tergulung mekanisme gyre yang membuatnya terperangkap pada satu titik. Titik ini pun terus membesar hingga membentuk pulau luas hingga menjadi sebuah “benua plastik”.

Berada di tengah lautan Samudra Pasifik, antara California dan Jepang, jumlah sampah plastik lebih banyak ketimbang plankton yang bisa ditemui. Diperkirakan, ukurannya minimal seluas wilayah Texas, Amerika Serikat, dan terus bertambah dengan terus datangnya sampah-sampah baru ke lautan setiap tahunnya.

Para ahli memperkirakan sekitar 8 juta ton sampah plastik beredar di lautan dunia setiap tahunnya. Ia terbawa oleh air hujan, dari daratan dan sungai, hingga bermuara di lautan. Temuan para peneliti dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan biota laut yang tercemar plastik.

Tidak sedikit hewan laut yang terjerat sampah dan limbah plastik hingga akhirnya mati.  Di dalam perut ikan, penyu, hingga burung-burung penghuni sekitar pantai yang sudah mati pun ditemui kumpulan sampah dan limbah plastik. Plastik yang menempel di terumbu karang mematikan dan mengganggu ekosistem bawah laut.

Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Plastik sulit diurai sehingga mencemari lingkungan. Diet plastik pun perlu dimulai hari ini, dimulai dari cara yang paling sederhana.

  • Gunakan tas pakai ulang untuk membawa barang belanja, seperti tas noken, tas anyaman, dan masih banyak lagi.
  • Membawa tempat makan pribadi untuk membeli makan agar tidak menggunakan kantong plastik atau syrofoam.
  • Membawa botol minum pribadi sehingga bisa isi ulang air minum tanpa menggunakan material plastik.

Gunakan piring rotan yang dilapisi daun pisang untuk menjamu tamu di rumah sehingga tetap praktis tanpa perlu menambah sampah plastik. Cara ini juga lebih terkesan eksotis, cara tradisional yang dilakukan nenek moyang. [ADT]