Alih-alih membuat pekerjaan lebih cepat selesai, multitasking justru membuat hasilnya kurang optimal atau pekerjaan rampung dengan lebih lambat. Memang, kita bisa hal-hal sederhana bersamaan, katakanlah berjalan sambil mengunyah permen karet. Namun, hal tersebut sulit dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih kompleks.
David Meyer, profesor psikologi di University of Michigan, mengatakan, otak kita tak mampu mengerjakan tugas rumit yang membutuhkan daya konsentrasi yang sama. Yang mesti kita lakukan adalah mengerahkan pikiran total untuk satu tugas dulu, baru beralih ke tugas yang lain.
Tentang multitasking ini, definisi simpel “melakukan dua atau lebih hal kompleks sekaligus” sebenarnya kurang mencakup gambaran keseluruhan. Setidaknya ada tiga bentuk multitasking yang perlu kita sadari.
1. Multitasking klasik
Ini adalah bentuk multitasking yang paling kita kenal, mengerjakan dua atau lebih tugas secara bersamaan. Misalnya, menyetir sambil menelepon atau berjalan sambil mengetik pesan singkat di ponsel. Hal-hal semacam ini sangat sering kita lakukan atau temui. Data dari 50 ribu orang lebih di RescueTime menunjukkan, karyawan atau pekerja menghabiskan 40 persen waktu produktifnya dengan alat komunikasi seperti ponsel.
2. Beralih konteks (context switching)
Ini terjadi ketika kita mengerjakan lebih dari satu tugas secara beralih-alih atau bergantian. Misalnya, antara menyusun laporan dan membuat konsep pemasaran. Kita memang bisa beralih fokus dengan cepat, tetapi untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya otak butuh semacam “pemanasan” untuk merangkum apa saja yang sudah dikerjakan. Riset menemukan, peralihan tugas ini mengurangi produktivitas sampai dengan 20 persen.
3. Berkurangnya atensi
Bentuk multitasking yang lain adalah berkurangnya atensi kita terhadap satu pekerjaan yang sedang kita lakukan. Kerap terjadi karena ketika mengerjakan suatu hal, kita tidak fokus dan malah berpikir tentang hal yang lain. Misalnya, mengikuti rapat sambil memikirkan tanaman hias mana yang sebaiknya kamu taruh di sudut ruang.
Riset psikolog Harvard Matthew Killingsworth dan Daniel Gilbert menemukan, orang menghabiskan 47 persen waktunya ketika terjaga untuk memikirkan hal lain di luar yang sedang mereka kerjakan. Angka ini memberikan gambaran betapa kita mesti berusaha lebih keras untuk berfokus.
Baca juga:
- Infografik: 5 Alasan untuk Berhenti Multitasking
- 5 Alasan Gaya Hidup Minimalis Bisa Membuatmu Lebih Produktif