Akhir tahun kerap menjadi momen melihat ke belakang dan menatap ke depan. Mengenang perjalanan dan merancang rencana. Namun pepatah itu benar, baiklah kita memaknainya bukan hanya dari berapa banyak yang sudah kita lewati, tetapi seberapa bersungguh-sungguh kita menjalani kehidupan. “It’s not the years in your life. It’s the life in your years.”

Bagi Lila Imelda Sari, 2017 adalah waktu yang memberinya kesempatan untuk lebih banyak belajar dan memaknai. “Aktivitas saya tahun ini fokus pada merawat Aksan,” kata Lila dengan suara riang di ujung saluran telepon, Selasa (26/12).

Aksan (6) adalah anak lelaki dari perempuan pemilik dan pendiri Lemari Lila—merek pakaian bergaya etnik—ini. Akhir 2016 lalu, diketahui ada tumor pada otak Aksan. Ia dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta. Untuk itu, keluarga kecil Lila berpindah sementara dari kediaman mereka di Yogyakarta ke Jakarta pada awal 2017.

Di Jakarta, Aksan menjalani serangkaian perawatan dan pemulihan. Saat ini, ia sudah “lulus” dari 30 kali radioterapi. Setelah dilakukan MRI lagi, tumornya dinyatakan sudah bersih.

“Sekarang Aksan sedang menjalani home therapy. Tulangnya dikuatkan dulu karena sarafnya ada yang luka. Aksan sudah mulai bicara, motoriknya pun sudah membaik,” cerita Lila.

Bagi Lila sekeluarga, sakit yang dialami Aksan justru menjadi pengalaman berharga bagi mereka untuk belajar lebih sabar, ikhlas, dan saling memberikan perhatian.

“Kita kecil di hadapan Tuhan,” kata Lila. Ia bersama suaminya juga belajar untuk lebih banyak memancarkan energi positif, yang akan membantu mempercepat kesembuhan anak mereka.

Rumah dan keluarga

Lantaran Aksan dirawat di Jakarta, Lila kembali berumah di lingkungan masa kecilnya, di Jakarta. Dukungan keluarga sangat terasa. Ada banyak orang yang memperhatikan dan mendukung Aksan.

Di sela-sela waktunya merawat Aksan, Lila masih tetap menjalankan bisnisnya, Lemari Lila. Penjualan lewat situs web dan sebuah toko di Yogyakarta lebih banyak dikerjakan stafnya. Begitu juga dengan eksekusi desain dan produksi pakaian.

“Saya jadi makin merasa, hubungan saya dengan mereka yang menemani saya menjalankan Lemari Lila lebih dari hubungan karyawan dengan bos. Mereka lebih seperti keluarga,” tutur Lila.

Makna keluarga, bagi Lila, menjadi jauh lebih luas. Bukan sekadar dengan mereka yang memiliki hubungan darah. Begitu pula rumah, yang bukan cuma terkait dengan domisili maupun kepemilikan properti. Meski berasa dari Jakarta, Lila yang sudah lama tinggal di Yogyakarta merasa kota tersebut adalah juga rumahnya.

“Akhir tahun nanti, setelah merayakan ulang tahun ke-80 ibu saya di Jakarta, kami sekeluarga akan ke Yogya. Aksan pasti senang sekali. Ia sudah ingin bertemu guru-gurunya di sana,” cerita Lila.

Tahun 2017 membekali Lila dan keluarganya dengan pengalaman berharga. Barangkali bukan gegap gempita yang akan menutup tahun ini, tetapi harapan agar pada waktu-waktu mendatang keluarga lebih sehat, baik fisik maupun mental. Juga agar kita lebih kerap menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana. [NOV]

foto : Dok. Lila Imelda Sari

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 31 Desember 2017