Sebelum pandemi, jumlah penumpang angkutan udara boleh dibilang luar biasa. Di dalam negeri saja, saban hari jutaan penumpang memenuhi bandara yang ada di seluruh Indonesia.

Meningkatnya jumlah penumpang angkutan udara mendorong beberapa pemerintah daerah di Indonesia merenovasi kompleks bandara di kotanya. Renovasi itu meliputi perluasan terminal penumpang dan tempat parkir pesawat (apron), perpanjangan landasan pacu (runway), hingga peningkatan teknologi navigasi udara.

Bandara menjadi salah satu properti dengan tingkat kompleksitas dan kerumitan yang amat tinggi. Pengelolanya harus menjamin sistem keamanan, kenyamanan, dan keselamatan untuk penumpang dan pesawat terbang, berjalan sesuai prosedur. Untuk itulah, setiap orang yang hendak masuk ke area bandara, terutama ruang tunggu dan daerah pergerakan pesawat, biasanya harus melalui pemeriksaan yang ketat.

Jika ada celah keamanan di lingkungan bandara, hal ini bisa memunculkan risiko pada keamanan dan keselamatan penerbangan. Contoh nyata terjadi beberapa tahun lalu saat seorang pemuda berinisial MSA (21) nekat menyusup ke ruang roda pesawat B737-800 Garuda Indonesia dan ikut terbang sampai Jakarta.

Bukan hanya manusia, ancaman terhadap keamanan bandara bisa datang dari hewan ternak atau binatang liar. Pada Agustus 2013 di Gorontalo, pesawat B737-800 Lion Air yang baru saja mendarat menabrak sapi yang masuk ke runway.

Di New York, AS, lebih unik lagi. Pada Juni 2011, sekawanan kura-kura yang akan bertelur di pantai menyeberangi runway Bandara Internasional John F Kennedy. Akibatnya, sejumlah penerbangan tertunda.

Oleh karena itu, pengelola harus selalu awas terhadap lingkungan bandara. Orang-orang yang tidak berkepentingan dengan penerbangan selayaknya tidak diizinkan memasuki kawasan ini.

ILS dan AFL

Beberapa negara juga memiliki bandara dengan lingkungan yang dianggap berbahaya atau berisiko tinggi untuk mendarat atau tinggal landas. Risiko itu berasal dari beberapa aspek, seperti ketinggian tanah, embusan angin, terletak di tengah permukiman padat penduduk, hingga ukuran runway yang pendek.

Contoh bandara yang dikenal memiliki lingkungan berisiko tinggi adalah Sir Edmund Hillary (Lukla), Nepal; Saint Barthelemy, Kepulauan Karibia; Courchevel di Pegunungan Alpen, Perancis; dan Juancho E Yrausquin di Pulau Saba, Kepulauan Karibia.

Pada bandara-bandara modern, pengelola juga menyediakan fasilitas untuk membantu pesawat saat mendarat. Disarikan dari Ilmuterbang.com, fasilitas pendaratan ini dibagi dalam dua kelompok peralatan, yakni alat bantu pendaratan instrumen (instrument landing system/ILS) dan alat bantu pendaratan visual (airfield lighting system/AFL).

ILS digunakan untuk membantu penerbang saat melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara. Sistem ini memiliki tiga subsistem, yakni localizer, glide slope, dan marker beacon.

Baca juga : 

Localizer bekerja untuk memancarkan sinyal pemandu azimuth tentang kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu. Glide slope memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan. Adapun marker beacon berfungsi untuk menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap titik pendaratan.

Sementara itu, AFL berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat, dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman. AFL meliputi lampu atau rambu penerangan, seperti runway edge light, threshold light, runway end light, taxiway light, flood light, approach light, PAPI (precision approach path indicator), dan apron light.

Taman hingga ice skating

Terminal penumpang di bandara-bandara kelas dunia juga tak ubahnya sebagai mal yang menyajikan barang-barang bermerek. Tengok saja Bandara Changi di Singapura, Incheon di Korsel, Kansai di Jepang, Dubai di Uni Emirat Arab, atau Sondika di Spanyol.

Layanan untuk penumpang yang sedang transit pun juga terus bertambah setiap tahun. Ini seolah menjadi kompetisi di antara bandara-bandara internasional kenamaan. Changi di Singapura misalnya, menghadirkan kebun kupu-kupu di Terminal 3. Sementara itu, Incheon di Korsel menyediakan bioskop yang berlokasi di pintu 1B. Sementara itu, Bandara Munich di Jerman membuka arena seluncur es (ice skating).

Adapun beberapa bandara di AS, seperti Denver dan Cincinnati mengajak sejumlah hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan kuda untuk menghibur penumpang yang suntuk menunggu jadwal penerbangan. Tak ketinggalan, Bandara Minneapolis menawarkan arena mini untuk bermain golf bagi penumpang kelas tertentu.

Fasilitas istirahat untuk penumpang transit pun tak main-main. Mulai dari kursi atau sofa yang nyaman dan bisa digunakan secara gratis, hingga penginapan mewah dengan kolam renang yang menghadap area parkir pesawat. Akses internet nirkabel pun disediakan secara cuma-cuma. Namun, ingat ya, kita harus ekstra hati-hati jika menggunakan wifi gratisan. Jangan membuka data-data pribadi kita.

Di pengujung tahun, gerai-gerai makanan dan fashion di bandara tadi sering juga menawarkan diskon yang tak kalah kompetitif. Kelak, kita bisa mencobanya kembali. Tetap jalankan protokol kesehatan meski wabah telah berhasil diatasi nanti.