Pada 8 Mei 2003, sebuah pesawat Ilyushin 76 mengalami nahas di ketinggian 7.000 kaki. Pesawat milik Pemerintah Kongo itu, ramp door-nya (pintu kargo) tiba-tiba terbuka. Akibatnya, terjadi penurunan tekanan udara dalam kabin pesawat secara drastis (dekompresi), yang membuat 160 orang penumpangnya terlempar keluar pesawat.

Insiden mengerikan yang bukan pertama kali itu, seharusnya menjadi pelajaran mahal bagi semua pengelola penerbangan. Terlemparnya penumpang keluar pesawat sebenarnya bisa dicegah dengan memaksimalkan fungsi sabuk pengaman.

Meski demikian, kelalaian dalam memakai sabuk pengaman selama penerbangan, bukanlah penyebab utama insiden itu. Masalah utamanya terletak pada penurunan tekanan udara yang begitu masif yang terjadi secara tiba-tiba.

Tak boleh ada celah

Ilmu pengetahuan alam telah menjelaskan bahwa semakin jauh dari permukaan tanah, tekanan udara yang menyelimuti bumi akan semakin kecil. Tekanan udara terbesar berada di sekitar permukaan tanah atau laut yang mencapai 76 cmHg, atau yang sering disebut dengan 1 atmosfer.

Oleh karena itu, di ketinggian 18.000 kaki (sekitar 6.000 meter), tekanan udara telah berkurang hingga 38 cmHg (tinggal setengah kalinya). Demikian pula kadar oksigen di ketinggian ini sudah sangat tipis sehingga makhluk hidup yang biasa tinggal di permukaan tanah akan kesulitan bernafas.

Pada ketinggian tersebut, suhu udara juga mengalami penurunan. Sebagai contoh, di ketinggian 18.000 kaki, suhu udara biasanya tinggal 17–20 derajat celsius saja. Oleh karena itu, bisa dibayangkan dinginnya lingkungan udara di atas 18.000 kaki.

Saat pesawat masih di darat, tekanan udara di dalam kabin masih sama dengan tekanan udara di luar pesawat. Hal itu disebabkan pintu-pintu pesawat masih terbuka dan udara dalam kabin masih terhubung dengan udara luar. Menjelang lepas landas, semua pintu akan ditutup sangat rapat.

Sejak itulah hubungan udara kabin penumpang diputus dengan lingkungan luar. Lalu, tekanan udara dalam kabin penumpang diatur hingga batas toleransi tubuh manusia. Tekanan akan disetel dengan “pengandaian” ketinggian 500–1.000 kaki. Tekanan ini harus dipertahankan dengan ketat dalam pressurized cabin berdinding dan seal yang kuat. Tak boleh ada celah sedikit pun yang menghubungkan dengan udara luar.

Sedikit saja ada celah, akibat yang terjadi bakal fatal. Bila hal ini terjadi di ketinggian jelajah pesawat berbadan lebar yang mencapai 40.000 kaki, lubang seukuran jarum pun bisa membuat badan pesawat pecah. Sebab, udara dari dalam kabin akan mendesak keluar hingga terjadi persamaan tekanan udara. Selanjutnya, semua isi pesawat juga ikut diceploskan keluar.

Baca juga :

Lubang kecil di jendela

penyebab dekompresi

Untuk mencegah potensi bahaya dari dekompresi itu, jendela pesawat penumpang didesain khusus. Salah satunya, menempatkan lubang kecil (breather) di bagian bawah jendela pesawat.

Jendela pesawat memiliki tiga lapisan. Lapisan terluar yang langsung berkontak dengan udara atau lingkungan luar pesawat, lapisan tengah, dan lapisan terdalam yang berhubungan dengan atmosfer di dalam kabin.

Nah, lubang kecil ini berada di lapisan tengah. Fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara antara lapisan terluar dengan lapisan terdalam. Kaca bagian tengah juga berfungsi sebagai pelapis atau cadangan jika kaca terluar mengalami keretakan akibat tekanan sangat ekstrem. Selain itu, lubang kecil tadi untuk mencegah agar kaca tidak berembun.

Pesawat penumpang juga dirancang untuk tetap aman bila sewaktu-waktu mengalami dekompresi. Misalnya, secara otomatis masker oksigen akan keluar dari panel di atas kepala penumpang.

Jika hal itu terjadi jangan panik dan perhatikan hal ini: segera kenakan masker tersebut dan bernapaslah secara normal. Kita harus memakai masker ini terlebih dulu sebelum membantu penumpang di kanan-kiri kita untuk menggunakan maskernya.

Setelah itu, pesawat akan terasa menukik. Pada fase ini, para pilot sedang berusaha menurunkan pesawat menuju ke ketinggian yang memiliki tekanan dan suhu udara aman untuk penumpang. Dalam artian, penumpang bisa bernapas kembali secara normal tanpa bantuan masker oksigen.

Yang tak kalah penting, selalu gunakan sabuk pengaman selama penerbangan. Selain mengantisipasi hal tak diinginkan jika terjadi dekompresi, juga untuk mencegah cedera bila terjadi turbulensi hebat.

Penerjunan HAHO

Bagaimana dengan misi penerjunan high altitude high opening (HAHO) yang biasanya dilakukan dengan pesawat C-130 Hercules? Pada penerjunan ini, pesawat akan membuka ramp door di ketinggian 20.000 kaki.

Awak pesawat sengaja membuka pintu sejak lepas landas supaya kabin tak mengalami dekompresi secara tiba-tiba. Untuk itu, seluruh penerjun dan awak pesawat harus memakai masker oksigen agar terhindar dari hipoksia (kekurangan oksigen).

[Diolah dari sejumlah sumber]