Keluarga berpenghasilan ganda menjadi salah satu ciri dari masyarakat modern. Dahulu, kita kerap ditanamkan pemahaman bahwa peran ayah berada di sektor publik, yaitu bekerja; sedangkan ibu berperan di sektor domestik, yakni rumah tangga.

Namun, saat ini, terjadi transisi dengan partisipasi ibu di sektor publik yang meningkat. Salah satu tujuannya untuk menambah pemasukan rumah tangga agar meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini dibuktikan dengan survei Badan Pusat Statistika pada 2013 bahwa 85,20 persen keluarga berpenghasilan ganda. Angka ini kemungkinan besar telah bertambah saat ini.

Walau memiliki tujuan mulia, berkembangnya peran ibu ternyata juga dinilai berpotensi menimbulkan konflik dalam rumah tangga. Dalam keadaan ini, para ibu kerap mengalami dilema. Terlebih sering ditemukan gesekan atau konflik dalam keluarga dengan berlatar belakang kesibukan ibu yang bekerja.

Konflik tersebut dapat muncul akibat perselisihan dari segi ekspektasi dalam penggunaan waktu, pemilihan peran, dan nilai yang dianut dalam keluarga. Salah satu contohnya, beban ganda yang dipikul oleh ibu karena di samping bekerja, harus mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

Namun, apakah istri memang hanya boleh memilih salah satu peran antara bekerja atau mengurus rumah tangga?

Keseimbangan peran ibu

Seorang ibu dapat menjadi keduanya dengan cara menyeimbangkan atau mengatur pekerjaan dengan keluarga. Keadaan ini dikenal dengan istilah balancing work and family yang ditandai dengan timbulnya keseimbangan peran, baik dalam pekerjaan maupun keluarga sebagai ranah pribadi.

Keseimbangan peran dalam pekerjaan dan keluarga ini dimulai dari sebuah keputusan sadar yang diambil oleh suami dan istri. Dalam artian, keduanya mau dan mampu untuk berkomitmen sebagai partner dalam rumah tangga untuk mencapai keseimbangannya.

Selain itu, keluarga perlu sadar bahwa ketidakseimbangan juga terkadang menjadi kondisi yang tidak dapat ditolak. Akan sangat normal jika sesekali konflik terjadi, tapi yang menentukan dalam keharmonisan rumah tangga adalah cara dalam mengelola konflik tersebut. Termasuk mengelola potensi gangguan yang dapat muncul. Syukur-syukur suami-istri mampu menghindari risiko suatu masalah.

Keseimbangan peran ini memerlukan diskusi antara suami dan istri terkait harapan, tanggung jawab, tujuan, dan nilai dalam keluarga. Hal ini memang harus menjadi bahan diskusi sepanjang pernikahan. Namun, akan lebih baik jika suami-istri menyisihkan waktu khusus untuk berdiskusi terkait ibu maupun ayah yang bekerja.

Diskusi ini juga dapat dilanjutkan dengan pembagian peran dalam rumah tangga baik dalam mengasuh anak maupun melakukan pekerjaan rumah tangga. Sesi diskusi ini menjadi saat yang tepat bagi ayah atau ibu untuk mengungkapkan keluh kesahnya, termasuk harapan-harapan atau ide-idenya. Demi kesejahteraan lahir-batin rumah tangga, baik suami maupun istri harus legawa mendengar dan menerima masukan dari pasangannya.

Pada akhirnya, ibu bekerja seolah tak bisa menghindari situasi dilematis terkait perannya dalam keluarga. Namun, kondisi ini bukan berarti menjadi masalah tanpa ujung karena dapat diseimbangkan dengan mengatur peran dalam pekerjaan dan keluarga bersama suami.

Baca juga: Cermati, Ini Tips Finansial untuk Ibu Masa Kini