Tingginya aktivitas masyarakat perkotaan dipandang sebagai salah satu pemicu munculnya berbagai penyakit khas warga perkotaan. Alih-alih karena serangan virus atau bakteri, datangnya penyakit bagi warga kota sering kali disebabkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.
Ritme kegiatan terlalu sibuk, paparan zat polutan sepanjang hari, dan asupan makan yang bernilai gizi kurang seimbang menjadi momok yang mengundang datangnya penyakit. Kondisi tersebut tambah rentan jika mempunyai kebiasaan merokok. Dalam jajak pendapat Kompas bulan April lalu, tercatat hampir 40 persen responden atau kerabat mereka di Jabodetabek merokok.
Bayang-bayang penyakit degeneratif juga menghantui warga perkotaan. Penyakit akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh ini mulai banyak menyerang kelompok usia produktif, yaitu 30–40 tahun. Padahal, penyakit ini sebenarnya muncul lebih karena berjalannya usia (proses penuaan) meskipun faktor genetik dan gaya hidup tak sehat juga berpengaruh.
Hasil jajak beberapa waktu lalu mengungkap, banyak responden menyatakan memiliki anggota keluarga pengidap salah satu penyakit degeneratif itu. Sebanyak 4 dari 10 responden mengaku dalam keluarga mereka punya riwayat penyakit degeneratif. Sejumlah contoh penyakit degeneratif ialah diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, dan kanker.
Terkait pola makan tak sehat, hasil jajak pendapat menunjukkan minimnya kesadaran sebagian responden dalam memilih makanan sehat. Salah satunya adalah gemar mengudap makanan tinggi lemak, karbohidrat, dan protein. Parahnya, tren kuliner warga kota saat ini banyak mengabaikan kandungan berbahaya seperti lemak jenuh, garam, dan gula dalam makanan. Mereka lebih menyoroti pada aspek cita rasa dan tampilan.
Antisipasi
Berbagai upaya pencegahan penyakit kian banyak dijalankan warga kota. Sejumlah langkah seperti pemeriksaan rutin kesehatan, olahraga rutin, hingga sejumlah upaya hidup sehat dilaksanakan masyarakat perkotaan. Agar menarik dan mudah, sejumlah upaya menjadi sehat itu dipopulerkan dalam kemasan “gaya hidupâ€, termasuk berbagai konsep diet, kuliner sehat, kawasan antimerokok, senam sehat, dan lain-lain.
Faktanya, hanya separuh responden menyatakan berolahraga rutin lebih dari sekali dalam sepekan. Sebanyak 3 dari 10 responden bahkan mengaku tak berolahraga. Alasannya beragam, dari tak punya waktu berolahraga, malas, hingga sedang sakit.
Upaya pemeliharaan kesehatan memang sangat tergantung dengan motivasi orang yang bersangkutan. Berolahraga dan mengatur pola makan merupakan langkah yang paling umum dilakukan orang untuk menjaga tubuh dari penyakit. Namun, ada pula sebagian kecil responden yang tidak melakukan apa-apa untuk menjaga diri dari penyakit.
Check up atau pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter tampaknya juga masih dalam proporsi yang relatif kecil ketimbang langkah-langkah lain. Demikian pula pemanfaatan kartu-kartu jaminan kesehatan nasional (KIS, BPJS Kesehatan, dan lain-lain) tampaknya masih sebatas mengobati penyakit yang mendera. (TOT/Litbang Kompas)
METODE JAJAK PENDAPAT
Pengumpulan pendapat melalui telepon ini diselenggarakan Litbang â€Kompas†pada 1-3 April 2015 terhadap 622 responden di DKI Jakarta dan 728 responden pada 31 Januari–1 Februari 2015 yang tinggal di 12 kota besar. Nirpencuplikan penelitian ± 3,6 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat.
Apa yang Anda lakukan untuk mencegah penyakit?
Keterangan | Persentase (%) |
Olahraga secara teratur | 25,8 |
Mengatur pola makan | 25,4 |
Diet makanan | 19,1 |
Melakukan check up/periksa rutin ke dokter | 13,5 |
Tidak melakukan apa-apa | 6,6 |
Vegetarian | 3,2 |
Frekuensi Cek Kesehatan
Keterangan | Persentase (%) |
Setahun sekali | 35,4 |
Dua tahun sekali | 5,2 |
Sekali lebih dari 3 tahun | 7,6 |
Tidak pernah cek kesehatan | 51,5 |
Tidak tahu | 0,3 |
Total | 100,0 |
Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji
Keterangan | Persentase (%) |
Ya, sekali atau lebih dalam seminggu | 18,7 |
Ya, beberapa kali dalam sebulan | 51,4 |
Tidak pernah makan makanan cepat saji | 29,9 |
Total | 100,0 |
Sumber: Litbang Kompas
noted: antisipasi penyakit masyarakat kota