Orangtua bisa memperhatikan perilaku anak setiap hari. Bila si kecil tampak enggan bermain dengan teman-temannya, susah tidur, atau mudah marah, bisa jadi ia tengah dilanda stres. Orangtua perlu segera mengajak si kecil berbicara dan kesabaran akan menjadi kunci penting untuk mengungkap ketidaknyamanan yang dirasakan anak. Jika ini berhubungan dengan situasi di sekolahnya, orangtua perlu berbicara dengan guru.
Menurut beberapa pakar tumbuh kembang anak, sedikitnya ada lima faktor yang memicu stres pada anak. Berikut kelima faktor itu, disarikan dari Nakita.
Tekanan lebih
Sekitar 20 tahun lalu, kegiatan taman kanak-kanak (TK) lebih banyak diisi dengan bermain, bernyanyi, atau menggambar. Pelajaran menghitung bisa saja diberikan tapi porsinya amat sedikit. Kini, ada juga TK yang memberikan pekerjaan rumah untuk anak, mirip tahapan di sekolah dasar. Kondisi ini dianggap memberi tekanan lebih kepada anak yang secara usia belum sesuai. Anak pun bisa mengalami stres.
Rutinitas padat
Dunia anak-anak adalah bermain. Namun, banyak orangtua yang berusaha membekali si kecil dengan beragam aktivitas yang dianggap penting, seperti kursus musik atau les bahasa. Akibatnya, si kecil mengalami rutinitas yang padat. Hal ini akan memicu munculnya stres pada anak. Orangtua sebaiknya lebih peka terhadap kondisi anak.
Bullying
Bullying pada anak tak selalu berupa kekerasan fisik dan verbal, tapi juga secara daring. Anak-anak yang terlanjur gemar bermain gawai dan akrab dengan media sosial, berisiko membaca konten atau komentar-komentar negatif atau lelucon yang sifatnya merendahkan. Ini juga dapat membuat anak menjadi stres.
Kurang istirahat
Beragam hiburan di televisi dan internet berpotensi mengurangi waktu istirahat anak. Ini akan memengaruhi emosi dan memorinya. Ujung-ujungnya akan membuat anak mengalami stres.
Konflik rumah tangga
Konflik rumah tangga akan sangat memengaruhi kejiwaan anak. Pertengkaran orangtua atau bahkan berujung perceraian akan memberi tekanan serius pada psikis anak. Dalam kasus ini, anak bisa mengalami stres lebih berat.
Nah, pandemi Covid-19 juga bisa memicu stres pada anak. Sebab, si kecil lebih banyak beraktivitas di rumah. Ia tak lagi memiliki kebebasan untuk bertemu dan bermain bersama teman-temannya. Bahkan bertatap muka dengan guru pun lebih banyak dilakukan secara daring.
Oleh sebab itu, orangtua atau keluarga terdekat perlu kreatif menciptakan suasana menyenangkan bagi anak. Agar buah hati senantiasa gembira dan tetap bersemangat belajar. [*]
Baca juga :Â Makanan Bergizi untuk Merangsang Kecerdasan Otak Anak