Penerbangan dengan tingkat pengamanan paling tinggi tentu dimiliki oleh pesawat yang mengangkut presiden dan rombongannya. Bila pun sempat kecolongan (dibajak), barangkali itu hanya terjadi di film Air Force One (1997) yang dibintangi Harrison Ford.

Tatkala Presiden Abdurrahman Wahid memerintah, beliau sebenarnya pernah mengusulkan pembelian pesawat Boeing B737-800 yang saat itu harganya mencapai 50-60 juta dollar AS. Pesawat ini diusulkan untuk disetel menjadi armada yang khusus menerbangkan orang nomor satu di Indonesia. Namun, karena waktu itu kondisi politik Tanah Air sedang meradang, niat itu pun urung.

Pesawat kepresidenan memang serba istimewa. Para penerbang dan awak kabinnya adalah yang terbaik, dengan pelatihan yang tidak main-main. Fasilitasnya tak perlu ditanya lagi, semuanya serba yang terbaik.

Penerbangan kepresidenan selalu menjadi suatu operasi militer. Di Indonesia, operasional pesawat kepresidenan dilaksanakan oleh Skadron 17 TNI AU. Menerbangkan presiden beserta rombongan pejabat, jelas bukan perkara mudah. Sebab, keselamatan penerbangannya berbanding lurus dengan kelangsungan hidup sebuah pemerintahan (negara).

Sebelum mengangkasa, pesawat dan para awaknya harus diuji kesiapannya secara berlapis. Secara teknis, pesawat akan dikarantina minimal 24 jam sebelum terbang.

Baca juga : 

The Flying Oval Office

Air Force One
Lockheed C-121A Constellation “Columbine II”

Namun, dari dulu hingga sekarang, obrolan mengenai pesawat kepresidenan tak luput dari apa yang dimiliki Amerika Serikat. The Flying Oval Office, begitu Amerika menyebut pesawat kepresidenannya sebelum sekarang dikenal sebagai Air Force One.

Bagi negara sekuat Amerika, presidennya sudah sejak lama memiliki “istana negara” di udara. Pada 1944, Presiden Franklin D Roosevelt memerintahkan Presidential Pilot Office untuk menyediakan sarana transportasi udara untuk presiden dan stafnya.

Oleh karena itu, dipilihlah Douglas C-54 Skymaster, buatan 1944, yang selanjutnya diberi nama “The Sacred Cow”. Ini menjadi kiprah pertama pesawat kepresidenan Amerika. Roosevelt terbang perdana dengan pesawat kepresidenan ini pada Februari 1945 menuju Yalta, Uni Soviet.

Selanjutnya, Amerika mengenalkan pesawat dengan julukan “The Independence”. Pesawat kepresidenan tipe DC-6 Liftmaster ini dipakai oleh Presiden Harry S Truman kisaran 1947-1953.

Setelah itu, hadirlah tipe pesawat Lockheed C-121A Constellation dengan tajuk “Columbine II” dan C-121E “Columbine III”. Pesawat ini digunakan oleh Presiden Dwight D Eisenhower pada 1953-1961. “Columbine II” menjadi pesawat kepresidenan AS pertama yang menggunakan sandi operasi “Air Force One”

Giliran Amerika dipimpin oleh John F Kennedy, panggilan “Air Force One” mulai populer, dengan pesawat B-707 yang dibeli pada 1962. Pesawat yang ditumpangi oleh Kennedy ini menjadi yang paling terkenal seantero bumi pada masanya, dengan nomor ekor 26000. Yang lebih dramatis, Kennedy juga terbang dengan pesawat ini di hari ketika maut menjemputnya.

Sebenarnya Air Force One adalah call sign bagi pesawat angkatan udara yang sedang menerbangkan Presiden Amerika. Oleh karena itu, apa pun tipe pesawatnya, bila presiden sedang berada di dalamnya, pesawat itu berubah menjadi “Air Force One”.

Amerika mulai mengganti pesawat kepresidenannya pada tahun 1990, dengan dua unit Boeing B747-200. Nomor ekornya adalah 28000 dan 29000 dengan kode angkatan udara VC-25. Pesawat ini dioperasikan oleh The Presidential Airlift Group, Air Mobility Command’s 89th Airlift Wing, yang bermarkas di Andrews Air Force Base, Maryland.