Air berkisah tentang salah satu sisi yang mewarnai kehidupan sang legenda. Namun, film ini bukanlah tentang Michael Jordan, tetapi kisah seputar produk sepatu yang dinamakan “Air Jordan”.
Hingga kini, Air Jordan merupakan salah satu lini produk sepatu bola basket paling laris di dunia dan menjadi andalan produsen pakaian dan aksesori olahraga Nike. Namun, tidak demikian halnya pada pertengahan dekade 1980-an.
Kala itu, Nike lebih dikenal sebagai merek sepatu lari. Tidak ada yang mau mengenakannya untuk bermain bola basket. Nike berada pada urutan ketiga setelah Adidas, yang menguasai lebih dari separuh pangsa pasar, dan Converse.
Baca juga: Creed III, Melawan Hantu Masa Lalu
Dalam situasi buruk tersebut, Sonny Vaccaro (Matt Damon), pakar dan pemandu bakat bola basket Nike harus memutar otak untuk mengangkat pamor jenamanya. Dengan dana pas-pasan dan citra yang kurang baik, sulit baginya meminang bakat terbaik bola basket untuk menjadi duta Nike.
Setelah berdiskusi dengan koleganya Howard White (Chris Tucker) dan mantan pelatih Jordan, George Raveling (Marlon Wayans), Vaccaro berkeyakinan bahwa pendatang baru yang digadang-gadang menjadi bintang masa depan NBA itu adalah sosok yang tepat untuk mengubah nasib Nike.
Masalahnya, dengan segala keterbatasan dan kekurangan, Jordan diperkirakan akan lebih memilih tawaran dari Adidas atau Converse. Sehingga, Nike harus memiliki penawaran yang lebih kuat.
Vaccaro “berjudi” nasib dengan berusaha meyakinkan ibunya Jordan, Deloris (Viola Davis). Bukan cuma itu, Vaccaro pun harus berjuang di internal Nike untuk mendapat persetujuan founder dan CEO Nike Phil Knight (Ben Affleck) dan VP Marketing Nike Rob Strasser (Jason Bateman).
Sejarah mencatat, perjudian Vaccaro berbuah manis. Bukan hanya Deloris dan Michael setuju menjalin kontrak dan menggunakan nama sang bintang pada produk tersebut, tetapi Air Jordan pun menjadi lokomotif bisnis Nike untuk merevolusi bisnis industri olahraga dan menggusur jenama-jenama lain. Bahkan, Converse belakangan dibeli oleh Nike.
Tentang keyakinan
Air bukan pertama-tama berkisah tentang produk sepatu atau tokoh megabintang. Bahkan, sosok Michael dalam film ini tidak terlalu menonjol.
“Michael Jordan terlalu tersohor sehingga saya memiliki firasat bahwa aktor yang memerankannya akan kesulitan meyakinkan penonton, karena dalam pandangan saya, tidak ada seorang pun yang bukan Michael Jordan cukup meyakinkan untuk menjadi Michael Jordan,” papar sutradara Ben Affleck.
Sosok penting dalam Air justru Deloris, ibu sang bintang. Ialah yang memiliki keyakinan besar bahwa anaknya yang terhitung baru di pentas NBA akan mencetak sukses. Keyakinannya bahkan jauh melebihi “semangat judi” Vaccaro.
Dikatakan, sepatu hanyalah sepatu. Yang membedakan adalah orang yang mengenakannya. Deloris amat yakin anaknya akan menjadi yang terbaik—yang terbukti kemudian memang benar.
Itu pula yang membuatnya bisa diyakinkan oleh Vaccaro dan menampik tawaran dari pesaing Nike. Yang terutama bagi Deloris bukanlah uang atau produk, tetapi ketokohan anaknya. Nike memberi ruang untuk itu, sehingga Air Jordan adalah Michael Jordan.
Bagaimana jika seandainya keyakinan Deloris tidak terbukti? Tidak ada yang tahu. Namun, fakta mengungkapkan, ketika sebuah keyakinan yang cukup kuat berhasil dibuktikan, hasilnya sangat luar biasa.
Meski tidak banyak mengangkat sosok Michael, Affleck menyempatkan diri untuk bertemu dan meminta restu dari sang bintang. Ia memastikan bahwa tidak ada keberatan dari pihak Michael serta menanyakan hal-hal yang penting bagi dia.
Sebagai megabintang, Michael ternyata sangat menghargai orang-orang yang berjasa dalam kariernya. Sehingga, ia antara lain meminta karakter Howard White dan George Raveling ditampilkan.
Tokoh utama Vaccaro hadir sebagai jembatan untuk merangkai pesan dari berbagai karakter penting tersebut. Sebuah ironi ketika pada awal film digambarkan bahwa ia senang berjudi dan berakhir dengan kekalahan. Sosok Vaccaro memang ditampilkan bukan sebagai “jagoan” yang selalu menang, melainkan tak ubahnya orang kebanyakan yang menghadapi situasi sulit dan dibayangi kegagalan.
Air merupakan film yang menghadirkan inspirasi dari keteguhan sikap pada apa yang diyakini. Selain pesan yang kuat, film ini juga menyenangkan ditonton berkat sentuhan humor yang mengena. Demikian pula gambaran suasana pertengahan dekade 1980-an yang khas juga menghadirkan kesan nostalgia.
Film ini menarik ditonton, bukan hanya bagi penggemar fanatik Air Jordan atau bola basket, tetapi mereka yang memiliki semangat dan kemajuan untuk terus maju dengan mimpinya. Air sedang diputar di bioskop-bioskop Tanah Air, jangan sampai ketinggalan.
Review overview
Summary
8Film ini menarik ditonton, bukan hanya bagi penggemar fanatik Air Jordan atau bola basket, tetapi mereka yang memiliki semangat dan kemajuan untuk terus maju dengan mimpinya.