Hujan deras disertai angin kencang pagi itu membuat rumah Beri si Berang-berang yang berada di daerah Gunungkidul, Yogyakarta menjadi rusak. Beri yang berada di rumah sendirian merasa ketakutan. Sudah dua hari ini, ayah dan ibu Beri sedang pergi menjenguk neneknya yang sedang sakit di luar kota.
“Aduuuh, bagaimana ini?” ujar Beri sambil berlari keluar rumah.
Beri bingung. Ia berpikir keras untuk memperbaiki atap rumahnya yang ambrol. Ya, Beri harus segera memperbaikinya sebelum hujan deras kembali turun.
Tak berapa lama, Nubee si Lebah lewat di depan rumahnya.
“Beri, atap rumahmu rusak?” sontak Nubee berseru.
“Benar, Nubee,” jawab Beri murung.
“Aku bingung bagaimana memperbaikinya. Sedangkan ayah dan ibuku baru pulang besok pagi dari rumah nenek.”
Nubee berpikir sesaat.
“Kamu tunggu di sini Beri! Aku akan memintakan bantuan pada teman-teman lainnya,” kata Nubee.
Beri mengangguk lega mendengar kata-kata Nubee.
Tidak lama kemudian, Nubee si Lebah datang bersama Kodi si Katak, Bangbang si Bangau dan Cupi si Kepiting.
“Ayo, teman-teman. Kita harus memperbaiki kembali atap rumah Beri yang rusak itu!” ajak Cupi Kepiting semangat.
“Iya, siap, Cupi!” timpal si Kodi.
Nubee dan Bangbang kompak mengangguk.
Mereka kemudian bekerja sama mengumpulkan kayu-kayu yang berserakan. Setelah itu, mereka memperbaiki atap rumah Beri. Beri yang ikut memperbaiki atap rumahnya, merasa terharu.
Beberapa lama kemudian, “Horeeee, atapnya sudah jadi!” pekik mereka serempak.
“Sekarang, kita tinggal mengangkatnya bersama-sama. Kita letakkan kembali atap itu di atas dinding rumah Beri,” sahut Nubee.
“Yuk, ikuti komandoku!’’Kini giliran Bangbang berseru lantang. “Kita… Pasti… Bisa!”
“Yeah! Selesai!” lonjak Beri.
Beri seperti tidak percaya. Pekerjaan yang semula diperkirakannya sulit, ternyata bisa diselesaikan cukup mudah berkat bantuan teman-temannya. Atap rumah Beri kini telah kokoh kembali.
Apa yang dilakukan Nubee, Kodi, Bangbang dan Cupi adalah tradisi sambatan atau sistem gotong royong antar warga dalam rangka membantu sesama yang sedang tertimpa musibah. Tradisi sambatan memang mengakar di daerah Gunungkidul dan di masyarakat Jawa pada umumnya.
“Ayo kita masuk ke rumahku, teman-teman! Kelihatannya hujan akan turun lagi. Sambil beristirahat kalian akan kubuatkan teh hangat sebagai ungkapan terima kasihku,” ajak Beri.
Tidak lama kemudian, Beri keluar dari dapur membawa nampan. “Ini dia tehnya, teman-teman! Dan ternyata ibuku masih menyimpan beberapa roti gandum. Kalian harus mencobanya!”
Mereka pun menikmati teh hangat dan roti gandum dengan penuh keakraban. Beri sangat bersyukur memiliki teman-teman yang sangat peduli padanya.*
Penulis: Mas Oco
Pendongeng: Paman Gery (instagram: paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita