Kemunculan Wonder Woman sangat penting dalam dunia DC Comics. Sejak diperkenalkan pertama lewat All Star Comics #8 pada 1941, kehadirannya tak hanya menggempur musuh-musuh, tetapi juga seksisme dalam “dunia laki-laki”.

Tentu kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa pada sejumlah komik DC, peran Diana Prince atau Wonder Woman sempat dimarjinalisasi. Misalnya pada edisi #13, ketika karena kemampuannya ia disambut sebagai anggota terhormat Justice Society of America, tetapi di saat yang sama dijadikan sekretaris hanya lantaran keperempuanannya.

Di sisi lain, ia tetap bersinar karena determinasi, pilihan yang dibuatnya sendiri, dan tindakan yang diambilnya. Hal itu tampak jelas dalam film Wonder Woman yang rilis beberapa waktu lalu.

Film ini dibuka dengan adegan Diana (Gal Gadot) mendapat kiriman sebuah foto dari masa Perang Dunia I. Foto ini memantik kilas balik tentang asal-usul Diana dan keterlibatannya dalam dunia manusia, yang selanjutnya menggerakkan plot film ini.

Penonton lalu dibawa ke masa kecil Diana, di sebuah pulau elok yang tak terjamah manusia, Themyscira. Ia satu-satunya anak kecil di antara para pejuang tangguh Amazon, yang semuanya perempuan. Diana tumbuh dengan kepercayaan bahwa ia berasal dari tanah liat, yang kemudian diberi hidup oleh Zeus—cerita yang dikarang Ratu Hippolyta (Connie Nielsen), ibunya.

Sejak awal Diana memperlihatkan ketertarikan yang besar untuk ikut berlatih dan membekali dirinya dengan kemampuan perang, tetapi Hippolyta selalu melarangnya. Mulanya, secara diam-diam Diana dilatih oleh bibinya, Jenderal Antiope (Robin Wright), sampai ia menemukan sendiri kekuatan besar di dalam dirinya.

Suatu hari, sebuah pesawat jatuh di laut sekitar Themyscira. Diana menyelamatkan pilotnya, Steve Trevor (Chris Pine), yang mengantarkan kepadanya cerita tentang perang besar, yang disebutnya the war to end all wars. Yakin bahwa ia bisa membantu menghentikan peperangan itu, Diana meninggalkan rumah dan masuk ke dunia manusia yang sama sekali belum dikenalnya.

Kekuatan super Diana tentu saja membuatnya tak terkalahkan. Namun pada awal kemunculannya di London, tentu  dipandang sebelah mata, terutama karena ia perempuan. Kenaifan Diana yang tidak mengenal norma-norma yang mengonstruksikan bahwa laki-laki superior menjadi bekal berharga untuk bertahan di dunia yang tidak setara itu.

Akting Gal Gadot, yang memberi nyawa pada sosok Diana, layak diacungi jempol. Penonton juga terhibur dengan dialog-dialog bernas dan bumbu humor di beberapa bagian. Sutradara Patty Jenkins berhasil mengemas film ini untuk menembus box office dalam lima hari awal penayangannya. Wonder Woman juga menyelamatkan waralaba DC Extended Universe setelah keterpurukannya pada film-film sebelumnya.

Salah satu catatan untuk film ini adalah tentang penyelesaian konflik yang terkesan terlalu simplisistik di tengah masalah perang yang begitu kompleks. Diana hanya harus mengalahkan satu orang, penyebab utama segala perang, untuk membuat dunia kembali damai. [NOV]

Wonder Woman

Tanggal Rilis   : 2 Juni 2017

Sutradara         : Patty Jenkins

Pemain             : Gal Gadot, Chris Pine, Robin Wright, David Thewlis

Produksi          : DC Entertainment Inc, Atlas Entertainment, Cruel and Unusual Films, Tencent Pictures, Wanda Media

Foto dokumen Warner Bros.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Juni 2017