Menapaki jalur yang sama, tetapi tetap mampu memberi kesan berbeda jika menggunakan sepeda. Itulah yang dirasakan oleh Nina Sartika (31). Setiap kali pulang ke Yogyakarta, ia akan sempatkan diri menggenjot sepeda dari Malioboro hingga Borobudur dan kadang sengaja hingga menyusuri kawasan pedesaan di Bantul.
Tak ada yang membuatnya lebih bersemangat selain sengatan matahari yang melengkapi embusan angin di kulit. Baginya, bersepeda mengelilingi kota memberi petualangan dan pengalaman lebih untuk direguk.
Seperti ujaran Ernest Hemingway, dengan bersepedalah kita bisa benar-benar memahami kontur jalanan yang dilalui, setiap tanjakan dan turunannya. Membuat pejalan mampu mengingat secara akurat kala berkenalan dengan suatu wilayah ketimbang menggunakan motor atau mobil.
Berwisata dengan sepeda memang menyuguhkan sensasi lebih serta kedalaman pengalaman bagi setiap orang. Pemandangan alam cantik yang dilalui bisa direguk dalam-dalam dan berlama-lama. Merasa lelah dan haus, tinggal mampir ke warung kopi terdekat, yang juga menjadi ajang untuk berinteraksi dengan warga sekitar.
Interaksi dengan warga lokal ini merupakan bonus tersendiri dalam setiap perjalanan karena dari mereka dapat diketahui hal-hal lain yang tak pernah tertera di buku panduan wisata ataupun internet. Hal-hal inilah yang mampu memberi makna lebih dalam sebuah perjalanan dan menimbulkan rasa candu.
Dewasa ini, operator jasa yang menawarkan paket wisata sepeda pun semakin banyak. Bali dan Yogyakarta adalah destinasi yang telah lebih dulu maju dengan paket wisata sepedanya. Rute dan jenis jalur yang ditempuh bisa disesuaikan dengan keinginan wisatawan. Misalnya jika di Bali, yang paling umum adalah trek menikmati pemandangan terasering sawah di Ubud. Jika ingin yang lebih menantang, bisa menuju Mengwi, Badung.
Umumnya, trek-trek ini disertai seorang pemandu untuk menunjukkan jalur. Namun, jika ingin berkelana sendirian pun tak masalah, selagi faktor keamanan telah diperhitungkan.
Memang, tak setiap wisatawan menyukai bertualang dengan sepeda karena dianggap melelahkan. Namun, tak ada salahnya jika sesekali mencicipi dan reguk petualangan baru meski menapaki jalur yang umum dilalui. [ADT]
Foto dokumen sewasepedajogja.com
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 4 Desember 2013