Mudik biasanya menjadi momen Lebaran yang paling ditunggu. Selain dapat berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman, mudik juga menjadi petualangan tersendiri, khususnya bagi pengguna jalur darat. Berjibaku dengan kemacetan, bertemu dengan penjual asongan di jalan, serta kebelet buang air di jalan menjadi seni dari mudik yang dijalani setiap tahunnya. Meskipun melelahkan, mudik selalu membawa cerita tersendiri bagi saya.

Salah satu keseruan mudik adalah saya bisa mencicipi ragam kuliner daerah yang beraneka ragam dalam perjalanan menuju kampung halaman. Ketika saya melewati Sumedang, saya bisa beristirahat sejenak bersama keluarga untuk menikmati tahu Sumedang hangat yang nikmat dan renyah. Begitu sampai di Cirebon, lidah kembali dimanjakan oleh nasi jamblang dan nasi lengko khas Cirebon yang lezat.

Perjalanan pun tidak terasa membosankan karena banyaknya sensasi kuliner setempat yang dapat dicicipi selama perjalanan. Memasuki Kota Tegal, saya bisa mencicipi glotak khas Tegal yang konon jadi sajian obat rindu orang Tegal yang pulang ke kampung halaman. Makanan berbahan dasar kedelai dengan ceker ayam ini memang unik karena mempunyai cita rasa yang gurih dan nikmat.

Selama perjalanan, tak jarang saya berhenti untuk sekadar membeli oleh-oleh kuliner setempat yang dapat saya bawa ke kampung halaman. Selain itu, saya pun bisa mencicipi kudapan unik yang memiliki cita rasa berbeda dari lidah saya yang terbiasa dengan makanan Sunda yang cenderung asin dan gurih. Mudik bukan hanya menjadi momen untuk pulang ke kampung halaman, tetapi juga kesempatan untuk mengeksplorasi kekayaan kuliner yang ada di setiap daerah yang dilalui.

Begitu tiba di Kota Pekalongan, saya pun singgah untuk beristirahat dan tak lupa mencicipi soto taoto, yakni soto yang dicampur dengan saus taoco khas Pekalongan. Rasanya sungguh unik karena terdapat perpaduan rasa pedas, asin, dan manis dalam satu suapan. Ditemani nasi putih, soto taoto menjadi sajian makan malam yang tepat untuk mengisi perut yang keroncongan dalam perjalanan mudik.

Setelah melewati malam yang tenang di Pekalongan, saya pun melanjutkan perjalanan menuju Semarang. Tak lupa saya mencicipi bakmi jawa yang unik karena dimasak dengan menggunakan arang, kemudian ditutup dengan sajian Es Puter Cong Lik yang menyegarkan dengan buah asli yang manis. Kue Leker Paimo dengan rasa sosis mozzarella pun saya bawa sebagai buah tangan untuk kudapan camilan selama berada di perjalanan jika terjebak macet.

Perjalanan mudik pun akhirnya ditutup di Kota Solo. Tak lupa saya mencicipi selat solo khas Solo yang nikmat, Sate Kambing Haji Bejo yang menggoyang lidah, dan Gudeg Ceker Mba Yus yang gurih. Jika lapar di malam hari, saya mampir ke angkringan untuk sekadar memakan camilan ringan dan minum teh manis hangat sambil menikmati ketenangan Kota Solo. Kuliner dari setiap daerah yang saya lewati membuat saya makin jatuh cinta pada kuliner Indonesia yang beragam dan memiliki sentuhan rasa unik khas daerah setempat.

Tak jarang sehabis mudik berat badan saya bertambah karena keasyikan mencicipi dan menikmati kuliner yang ada di setiap daerahnya. Tak hanya itu, saya pun jadi peka terhadap potensi kuliner yang dimiliki sebuah daerah. Melalui kearifan lokal yang dimiliki, kuliner pun bisa menjadi magnet wisata yang potensial untuk dikembangkan bagi para penggemar kuliner seperti saya. Ah, saya jadi tidak sabar ingin mudik lagi, tentunya minus kemacetan supaya makin banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk mencicipi wisata kuliner setempat. [Daniel Hermawan]