Sebagai orang Bandung, terkadang saya malu ketika ditanya tempat wisata apa saja yang recommended untuk tamu yang baru pertama kali datang ke Kota Kembang. Meskipun tinggal puluhan tahun di kota yang dijuluki “Parijs van Java” ini, rutinitas sehari-hari yang menyita waktu serta persepsi “bisa kapan saja pergi” membuat saya justru asing dengan potensi wisata yang ada. Ironisnya, wisatawan dari daerah lain justru tahu spot wisata asyik yang ada di Kota Bandung.
Mengingat libur Lebaran yang cukup panjang, saya pun memutuskan untuk mengeksplorasi kawasan wisata yang ada di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Situ Patenggang pun menjadi destinasi wisata pilihan saya. Selain terkenal dengan legenda cinta Putra Prabu dan Putri Titisan Dewi yang romantis, Situ Patenggang memiliki udara yang sejuk dan bentangan alam yang indah dengan adanya perpaduan danau dan kebun teh yang asri.
Saya dan keluarga pun mengeksplorasi kawasan Kabupaten Bandung Selatan yang selama ini jarang dijamah karena kesibukan dan berbagai alasan lain dengan sepeda motor. Sepanjang jalan, saya dimanjakan dengan suasana pedesaan yang asri dan meneduhkan. Memang kemacetan terjadi di perjalanan menuju kawasan Ciwidey, tetapi hal tersebut tidak mengurangi kenikmatan dari perjalanan itu sendiri.
Begitu memasuki kawasan Ciwidey, bentangan perkebunan teh Rancabali menjadi pemandangan spektakuler yang menyejukkan mata. Undakan perkebunan teh yang menyerupai bukit dan permadani hijau ini menjadi spot foto yang sangat sayang untuk dilewatkan. Tak hanya itu, udara sejuk khas pegunungan pun mulai terasa. Saya pun merapatkan jaket karena udara yang mulai terasa menusuk kulit ditemani kabut putih yang menyelimuti.
Setibanya di Situ Patenggang, saya dan keluarga pun menikmati piknik alias makan siang dari perbekalan rumah. Sembari menyantap lauk sederhana dengan tikar, saya pun menikmati suasana alam yang begitu menenangkan dari Situ Patenggang dari pondok bambu (saung) yang tersedia. Hilir mudik perahu sampan, pemandangan kebun teh yang membentang, serta beningnya air Telaga Patenggang ini menjadi sebuah mahakarya Sang Pencipta yang patut disyukuri.
Tak lupa saya menikmati jagung bakar dan menyusuri Situ Patenggang dengan perahu sampan sambil melihat Batu Cinta yang konon menjadi tempat pertemuan cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis. Saya bersyukur bahwa Situ Patenggang juga menjadi tempat berkumpulnya keluarga yang dicintai setelah selama ini terpisah karena kesibukan yang dimiliki. Meskipun hanya perjalanan singkat, wisata di Situ Patenggang ini menjadi sebuah memori yang tak terlupakan.
Lebaran memang tidak hanya menjadi momen yang tepat untuk bersilaturahmi, tetapi juga mengenali kampung halaman yang selama ini dilalui dalam rutinitas rumah–sekolah–kantor–rumah. Wisata di kampung halaman membuat saya makin cinta dan bangga dengan berbagai tempat wisata yang ada. Jika orang lain dari jauh sengaja datang ke Bandung untuk menikmati alamnya yang indah, mengapa saya yang tinggal di daerah ini justru abai dengan potensi wisata yang ada atau justru melihat destinasi wisata negara lain jauh lebih indah dan layak dikunjungi.
Pepatah “Travel is the only thing you buy that makes you richer.” memang benar adanya. Wisata di kampung halaman membuat saya lebih menghargai kekayaan alam Bandung yang tak kalah istimewa dibandingkan destinasi wisata lain yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Sungguh asyik rasanya menjadi wisatawan di kampung halaman sendiri. [Yelly Susanti]