1967, komik Wiro Sableng pertama kali diterbitkan. Lebih dari 50 tahun kemudian, kisah kepahlawanan Wiro Sableng diangkat ke layar lebar dengan konsep brilian, megah, dan epik.

Bastian Tito mungkin tak pernah membayangkan jika komik karyanya akan menjadi salah satu karya sastra Indonesia yang legendaris. Sebanyak 185 jilid komik Wiro Sableng sudah diterbitkan, berisi tentang perjalanan dan aksi sang pahlawan sakti berkapak maut Naga Geni. Dunia Wiro Sableng yang digambarkan sangat luas membuat kisah ini layak disejajarkan dengan Marvel Comic Universe.

Siapa sangka ketika dunia Wiro Sableng dibawa ke layar lebar, hasilnya bisa semegah film-film Hollywood? Kredit tertinggi diberikan kepada sang produser, Lala Timothy, yang sudah bekerja keras membentuk tim yang mau total mengerjakan proyek ini.

Sang sutradara, Angga Dwimas Sasongo, mampu melihat banyak hal yang bisa diangkat ke layar lebar, tentang latar belakang Wiro, tentang attachment-nya dengan guru kesayangannya, Sinto Gen­deng, dan tentang orang-orang di sekitar Wiro yang membantunya menegakkan keadilan, seperti Anggini, Bujang Gila Tapak Sakti, Dewa Tuak, dan Bidadari Angin Timur.

Dengan dunia yang begitu luas, tak mungkin kisah Wiro Sableng diangkat seluruhnya ke layar lebar. Oleh karena itu, Likelike Pictures menggarap dunia Wiro Sableng dari awal, menjalin cerita baru dari kisah yang pernah dituturkan oleh Bastian Tito, mem­pertemukan ba­nyak pah­la­wan sakti de­ngan Wiro Sableng di dalam satu film. Penonton pun dibuat penasaran dengan jalan cerita yang tentu tak sama persis dengan komiknya.

Kisah hidup Wiro diceritakan di sini. Dimulai dari latar belakangnya, saat pertama kali diselamatkan oleh Sito Gendeng. Dikisahkan desa Wiro diserang oleh Mahesa Birawa (Yayan Ruhian). Seluruh penduduk desa dibunuh, termasuk orangtua Wiro.

Sejak saat itu, Wiro digembleng oleh Sinto Gendeng (Ruth Marini). Ketika Wiro dewasa dan dianggap sudah berhasil menguasai seluruh ilmu, Sinto Gendeng mewariskan kapak sakti Naga Geni miliknya. Sinto pun mengutus Wiro untuk menangkap Mahesa Birawa. Maka, dimulailah petualangan Wiro dalam mencari Mahesa Birawa.

Wiro pertama kali bertemu dengan Dewa Tuak (Andi /rif) dan muridnya, Anggini (Sherina Munaf). Ternyata, Anggini pun memiliki misi yang sama, yaitu menangkap Mahesa Birawa sebagai salah satu misi dari gurunya. Wiro juga bertemu dengan Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarizi) yang tak menyukai kejahatan dan mau membantu Wiro menumpas ketidakadilan.

Di tempat yang berbeda, Pangeran (Yusuf Mahardika) pergi ke luar kerajaan untuk belajar tentang kerajaan. Ternyata, kepergian ini bocor ke telinga para pemberontak yang membuat mereka beren­cana menculik pangeran untuk me­maksa raja turun tahta.

Wiro, yang se­dang dalam perja­lanan, tertarik ma­suk ke dalam per­tem­puran anta­ra pem­beron­tak dan rom­­bongan ke­ra­ja­an. Setelah diusut, ternyata penculikan terse­but ada kaitannya dengan Mahesa Birawa. Bersama te­man-teman baru­nya, Wiro men­cari jalan untuk menyelamatkan pangeran, kerajaan, seka­ligus mengejar Mahesa Birawa.

Kualitas setara Hollywood

Sejak lama, Indone­sia mengidamkan film berkualitas yang bisa bersaing di kancah inter­­­na­sional. Butuh sebuah cerita yang kuat dan autentik untuk bisa mem­buat sebuah film memiliki identitasnya sendiri dan dilihat sebagai representasi sebuah budaya atau negara. Film ini salah satunya. Ditulis oleh anak bangsa dengan karakter dan latar tempat yang sangat Indonesia, Wiro Sableng menjadi aset untuk membuat dunia perfilman Indonesia semakin dikenal oleh dunia.

Lala Timothy sangat beruntung bisa bekerja sama dengan 20th Century Fox, yang semua orang tahu, merupakan salah satu rumah produksi dan distributor besar kelas dunia. Ide dan konsep orisinal tentang dunia Wiro Sableng membuat 20th Century Fox “kepincut” dan setuju untuk mendukung pembuatan film ini. Selain itu, jalan menuju dunia internasional pun semakin terbuka lebar. Wiro Sableng dijadwalkan akan dirilis juga ke negara lain.

Pemilihan pemain dilakukan dengan sangat hati-hati. Lala tahu betul bahwa yang bisa membawakan karakter Wiro adalah orang yang sangat dekat dengan karakter ini sejak lama, bahkan sejak kecil. Hanya Vino G Bastian, putra sang penulis komik, yang dianggap mampu membawakan karakter ini. Vino telah tumbuh bersama karakter Wiro yang dikisahkan ayahnya melalui tulisan-tulisannya. Hasilnya, pembawaan Wiro bisa disejajarkan dengan pemain senior Herning Sukendro, yang sebelumnya pernah sukses membawakan karakter ini dalam sinetron Wiro Sableng yang pernah rilis pada era 1990-an.

Bintang-bintang ternama lain diketahui juga turut meramaikan film ini, seperti Andi /rif, Sherina Munaf, Marsha Timothy, Lukman Sardi, Dwi Sasono, Happy Salma, Marcella Zalianty, Yayan Ruhian, Teuku Rifku Wikana, Ruth Marini. Ada pula pemain baru Fariz Alfarizi yang bermain gemilang memerankan Bujang Gila Tapak Sakti.

Dari segi koreografi silat, aktor-aktris di film ini terlihat bekerja sangat keras untuk menyajikan adegan pertempuran yang me­ya­kinkan. Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman menjadi salah satu koreografer yang menggembleng para aktor dan aktris untuk bisa melakukan adegan silat sendiri. Hasilnya, walau tak bisa disamakan dengan para pesilat betulan, penampilan mereka patut diapresiasi tinggi.

Sementara itu, dari segi teknologi, film ini memakai teknik CGI yang cukup mulus. Sebanyak 99 visual effect artist lokal dikerahkan untuk menggarap semua GCI yang dibutuhkan film ini. Tak hanya dimanjakan adegan silat yang mengesankan, film ini juga memiliki teknik CGI yang sangat impresif. Sulit menampik bahwa kualitas seperti ini masih sangat jarang ada di film-film Indonesia.

Wiro Sableng bisa menjadi ikon baru Indonesia, dengan universe-nya yang luas dan sangat beragam. Rencananya, dunia Wiro Sableng akan dibuat trilogi, yang berarti masih akan ada dua film lain yang akan membuat penonton semakin kenal dan dekat dengan Wiro Sableng. [DLN]

Sutradara:
Angga Dwimas Sasongko

Skenario:
Seno Gumira Ajidarma, Tumpal Tampubolon, Sheila Timothy

Pemain:
Vino G Bastian, Andi /rif, Sherina Munaf, Marsha Timothy, Lukman Sardi, Dwi Sasono, Happy Salma, Marcella Zalianty, Yayan Ruhian, Teuku Rifku Wikana, Ruth Marini, Fariz Alfarizi, Cecep Arif Rahman, Aghniny Haque, Dian Sidik, Yayu A W Unru, Yusuf Mahardika, Marcell Siahaan

Rilisan:
Indonesia

Tayang Perdana:
30 Agustus

Foto-foto: dokumen IMBD.

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 12 September 2018.