“Rahma, tolong ayah mewarnai wayang-wayang ini, ya!” pinta ayah sambil menaruh cat di paletku.
Aku mengangguk antusias. Kemudian mengambil unicorn. Lalu, aku menyapu unicorn itu dengan kuas dengan berbagai warna yang cantik. Kulihat ayah sudah menyelesaikan dua wayang lainnya, sementara aku masih berkutat dengan unicorn.
Setelah semua selesai, ayah menyuruhku menancapkan wayang-wayang itu ke balok stirofoam untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Kemudian ayah menyuruhku untuk mencuci tangan.
“Jangan lupa di sela-sela jari dan kuku juga dibersihkan agar kuman-kuman tidak masuk ke tubuhmu,” ujar ayah.
“Siap, Ayah!” sahutku.
Malam ini, aku bersama ibu dan ayah berkumpul di ruang tamu sambil menikmati susu cokelat hangat. Dengan lampu utama yang dimatikan dan hanya ada penerangan dari lampu tempat pementasan wayang yang akan dibawakan ayah. Ayah lalu menyebut judul ceritanya, “Kura-kura dan Kera”.
Ayah pun mulai bercerita. Inti ceritanya adalah seekor kura-kura yang dimanfaatkan oleh kera untuk membawa makanan begitu banyak ke pesta kenduri. Kura-kura repot membawa banyak makanan, sementara si kera hanya bergelayut dari satu pohon ke pohon lainnya, sambil mencomoti buah yang dibawa kura-kura, hingga tak sadar buah yang dibawa kura-kura semakin sedikit.
Kura-kura terus mengingatkan kera untuk jangan menghabiskan buah yang dibawa, bahkan menyuruhnya bergantian untuk membawa buah-buahan. Namun, sang kera hanya menggeleng.
Kura-kura geram. Ia lalu membentak kera. Setelah dibentak, kura-kura pun merasakan perutnya begah karena kekenyangan
“Makanya, harus mau tolong-menolong. Jangan giliran ada makanannya saja baru mau mendekat, sekarang minta maaf kepada kura-kura,” unicorn datang menasihati kera supaya tidak jahat lagi kepada kura-kura dan mau saling menolong.
Kera dan kura-kura lalu bersalaman. Mereka berdua lalu bergotong royong membawa buah-buahan sampai ke pesta kenduri.
Wayang-wayang mulai dibariskan. Ayah selesai memainkan pentas wayang dari karton itu. Disambut tepuk tangan aku dan ibu.
“Ayah, bikin lagi dong cerita yang seru.” Aku memohon sambil mengerlingkan mata.
“Oke, minggu depan, ya.” ujar Ayah sambil tersenyum.
Minggu depan nanti, kira-kira Ayah akan bercerita tentang apa lagi, ya? Pasti lebih seru dari yang sekarang. Aku jadi tak sabar menunggu.
Penulis: Rizky Alvian
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita