Film terakhir dari seri Planet of the Apes ini ditutup dengan adegan penuh haru dan sentimentil. Kesuksesan yang diraih franchise Planet of the Apes era 1970–1980-an mendorong sang distributor film, 20th Century Fox untuk membawa petualangan kaum kera cerdas ini ke era modern dengan kisah yang lebih kompleks dengan efek animasi yang lebih nyata.

Kesuksesan reboot perdana Rise of the Planet of the Apes (2011) diikuti oleh sekuelnya, Dawn of the Planet of the Apes (2014). Tiga tahun berselang, sekuel terakhirnya, War for the Planet of the Apes, rilis resmi. Kali ini, film menawarkan suasana perang yang lebih epik, aksi yang lebih mendebarkan, dan fondasi cerita yang lebih kuat.

Dikisahkan, Caesar, ketua kaum kera, membawa kaumnya bersembunyi di hutan untuk menghindari bentrokan dengan manusia. Walau begitu, keberadaan mereka masih saja diketahui. Menghindari konflik berkepanjangan, Caesar berniat memindahkan kaumnya ke tempat yang lebih aman. Namun, malam sebelum keberangkatan, militer menyerang mereka, mengakibatkan kematian anak dan istri Caesar.

Berbekal rasa dendam terhadap kolonel yang membunuh anak-istrinya, Caesar memutuskan untuk meninggalkan kaumnya dan mencari markas militer. Bersama tiga pengikut setianya, Caesar menempuh perjalanan penuh risiko. Dalam perjalanan inilah mereka bertemu seekor kera cerdas lainnya dan seorang gadis yang tak bisa berbicara.

Saat Caesar dan teman-temannya menemukan markas militer, mereka menemukan kenyataan yang mengerikan. Perjalanan mereka sampai ke tempat itu juga memberikan jawaban mengenai siapa sebenarnya yang sedang berperang dengan siapa.

 Plot kuat

Tak perlu meragukan kepiawaian kru film-film Hollywood dalam membuat film berbasis CGI seperti ini. Penggambaran kera-kera sangat nyata. Tak akan ada yang percaya bahwa semuanya adalah buatan, tidak menggunakan kera asli.

Selain itu, yang patut digarisbawahi adalah plot yang sangat kuat. Nolan tak hanya mengandalkan ketajaman dan kematangan visual, tetapi juga menggarap kisahnya dengan serius. Caesar, sebagai tokoh utama yang paling dominan di film ini, mendapat porsi paling banyak, dalam hal aksi maupun pendalaman karakter.

Penonton akan larut dalam kedukaan yang dirasakan Caesar saat kehilangan keluarganya, kemarahan yang terpancar karena rasa dendamnya yang membara, hingga kepedihannya melihat nasib kaumnya. Film ini memberikan semuanya yang dicari penonton: hiburan, kelekatan dengan karakter utama, dan closure dengan rasa “nano-nano”. [DLN]

Tayang perdana:
Maret 2016

Rilisan:
Amerika

Sutradara:
Zack Snyder

Skenario:
Chris Terrio, David S Goyer

Pemain:
Henry Cavill, Ben Affleck, Gal Gadot, Amy Adams, Jesse Eisenberg, Diane Lane

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 02 Agustus 2017

Foto Dokumen 20th Century Fox