Manusia tetaplah manusiawi, bagaimanapun ia direkayasa. Voyagers mengisahkan, misi yang semula mencari habitat baru bagi manusia ternyata menjadi misi untuk menantang naluri terdalam manusia.

Dikisahkan, pada masa depan yang tidak terlalu jauh, nasib ras manusia di Bumi terancam. Peluang muncul dengan ditemukannya planet yang layak huni. Masalahnya, dibutuhkan waktu 86 tahun dari Bumi untuk mencapai planet tersebut. Dapat dipastikan, misi tersebut akan menjadi misi multigenerasi. Siapa pun yang berangkat dari Bumi boleh jadi tidak akan sempat menginjakkan kaki di tempat yang baru. Yang pasti, tidak akan bisa kembali lagi ke Bumi alias menjadi misi sekali jalan.

Maka, disusunlah rencana untuk memberangkatkan generasi yang akan menjadi pionir dan cikal-bakal koloni di tempat baru. Meski menjadi upaya untuk menyelamatkan ras manusia, generasi yang diberangkatkan itu secara khusus dirancang tidak memiliki keterikatan apa pun dengan Bumi, tempat mereka berasal.

Mereka dilahirkan tanpa orangtua, tetapi dengan bantuan teknologi. Sejak bayi, mereka dibesarkan dalam ruangan tertutup sehingga nantinya terbiasa hidup dalam wahana luar angkasa selama berpuluh-puluh tahun. Mereka juga direkayasa untuk hidup tanpa emosi. Singkatnya, sebagai manusia, mereka tidak punya pilihan, kecuali menjalankan misi.

Rombongan pionir ini dipimpin oleh Richard (Colin Farrell), salah satu pencetus misi sekaligus satu-satunya generasi yang masih merasakan kehidupan di Bumi. Selebihnya, rombongan terdiri atas 30 anak hasil rekayasa yang sama sekali tidak punya ikatan apa pun dengan Bumi. Akankah misi ini berhasil?

Naluri terdalam

Sebagai fiksi ilmiah, Voyagers justru lebih kuat menguak konflik psikologis para awak misi. Konflik timbul sekira 10 tahun sejak wahana meninggalkan Bumi, ketika para anak kecil itu beranjak remaja. Mereka mulai mempertanyakan berbagai hal seputar misi ketika ada yang menemukan bahwa ada yang disembunyikan dari mereka.

Film ini memberikan gambaran cukup detail tentang latar belakang perjalanan dan suasana di dalam wahana yang serbacanggih. Penonton diajak untuk merasakan berbagai situasi khas misalnya ruangan yang terbatas, makanan yang serba dijatah, serta pentingnya keteraturan dan disiplin para awak.

Namun, bagaimanapun berbagai kecenderungan terdalam manusia tidak dapat dicegah, betapa pun telah direkayasa sedemikian rupa. Sifat ingin tahu, keinginan berkuasa, hingga hawa nafsu, semuanya merupakan sifat-sifat alamiah yang tak dapat ditolak. Di situlah Voyagers menjadi menarik.

Konflik ini mirip dengan kisah legendaris Lord of the Flies karya William Golding pada 1954. Novel itu mengisahkan sejumlah bocah yang terdampar di pulau tak berpenghuni. Dengan segala kemampuan di tengah keterbatasan, mereka berusaha mengatur diri mereka sendiri. Ada konflik yang disertai emosi hingga peperangan antara yang menjunjung tinggi moralitas dengan yang mengikuti hawa nafsu.

Voyagers mengadopsi konflik-konflik tersebut, tapi kali ini dengan latar wahana antariksa. Menjadi menarik, karena penonton tidak dapat menebak apa yang terjadi pada adegan berikutnya. Menarik juga melihat bagamana kehidupan normal di Bumi menjadi tampak luar biasa dan terasa asing bagi mereka yang tidak pernah merasakannya.

Bagi sebagian penonton, boleh jadi penggambaran detail Voyagers terkesan lambat dan bertele-tele, walau perlu untuk keutuhan cerita. Selain itu, klimaks cerita terkesan kurang menggigit. Namun, pesan kuat tentang manusia yang manusiawi berikut perjuangan moralnya tersampaikan baik tanpa terkesan menggurui.

Bagi penggemar fiksi ilmiah, jangan terlalu berharap tampilnya aneka teknologi canggih. Voyagers menjadi pilihan menarik justru karena penekanan pada konflik psikologis. Segera tonton di layar lebar, tetapi jangan lupa menerapkan protokol kesehatan.

Jenis Film:
Petualangan, Thriller, Fiksi Ilmiah

Sutradara:
Neil Burger

Cerita:
Neil Burger

Produser:
Basil Iwanyk, Neil Burger, Brendon Boyea

Pemeran:
Tye Sheridan, Lily-Rose Depp, Fionn Whitehead, Chante Adams, Quintessa Swindell, Archie Madekwe, Isaac Hempstead Wright, Viveik Kalra, Colin Farrell

Durasi:
108 Menit

Rilisan:
AS

Tayang Perdana:
29 April 2021

Review overview

Overall7

Summary

7Kisah penjelajahan multigenerasi dari manusia yang mencari habitat baru. Kekhawatiran akan ancaman dari luar ternyata berbalik menjadi pertarungan dengan ancaman dari dalam diri.