Di daerah tropis, penyakit flu menyerang sepanjang tahun, berbeda dengan negara empat musim yang mengalami puncak penularan flu pada musim dingin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, di seluruh dunia ada sekitar 3–5 juta kasus penyakit influenza yang cukup parah. Penyakit ini bahkan menyebabkan 250–500 ribu kematian setiap tahunnya akibat komplikasi yang serius.
Ketika terserang flu, meski tidak sampai tahap gejala berat, kita tahu betapa tak nyaman rasanya. Kepala pusing, demam, hidung tersumbat, tenggorokan sakit, batuk, dan lemas menjadi keluhan yang umum. Belum lagi, ketika sakit, kita berisiko menyebarkan virus kepada orang lain juga.
Untuk mencegah terinfeksi flu dan menularkannya kepada orang lain, kita bisa memproteksi diri dengan vaksin. Vaksin mengandung virus hidup yang dilemahkan untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh secara spesifik terhadap bakteri atau virus penyebab penyakit tertentu.
Dengan begitu, ketika suatu saat tubuh terpapar virus tersebut, seseorang akan bisa terhindar dari penyakit itu.
Dua tipe vaksin influenza
Penyakit flu secara general disebabkan beberapa tipe virus influenza, yakni tipe A, B, C, dan D. Yang kerap memicu penyakit flu seperti yang kita kenal adalah tipe A dan B, yang kemudian diklasifikasikan lagi menjadi beberapa subtipe.
Tipe C jarang dideteksi dan biasanya hanya menyebabkan sakit ringan. Sementara itu, tipe D terutama menyerang ternak dan belum diketahui pernah menginfeksi manusia.
Nah, untuk mengantisipasi flu yang disebabkan virus tipe A dan B, disediakan vaksin influenza. Ada dua tipe vaksin influenza, yaitu vaksin trivalent dan quadrivalent.
Vaksin trivalent mengandung 2 subtipe virus influenza A dan 1 subtipe virus influenza B. Sementara itu, vaksin quadrivalent mengandung 2 subtipe virus influenza A dan 2 tipe virus influenza B. Semakin banyak tipe virus yang dikandung, kian baik pula proteksinya.
Setelah vaksin dimasukkan ke tubuh, diperlukan waktu sekitar dua minggu sampai tubuh membentuk kekebalan. Oleh karena itu, kalau kamu divaksinasi lantaran untuk proteksi sebelum bepergian ke tempat lain, pastikan ada rentang waktu yang cukup sebelum imunitas terbentuk.
Perlu diketahui, sebagian orang mengalami sejumlah efek samping terkait pemberian vaksin influenza. Efek samping ini antara lain rasa sakit atau bengkak pada area yang disuntik, demam, mual, bengkak di sekitar mata atau bibir, lelah, pusing, jantung berdebar, sakit otot, atau sakit tenggorokan.
Kekebalan tubuh atas virus flu bertahan dalam setahun setelah kita divaksin. Oleh karena itu, ada anjuran untuk mengulang vaksinasi flu setiap satu tahun.
Siapa perlu divaksinasi?
Untuk pencegahan, siapa saja bisa melakukan vaksinasi influenza. Namun, seperti disebutkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin flu terutama diperlukan oleh kelompok yang rentan terhadap penyakit ini.
Kelompok itu antara lain anak berusia 6 bulan–5 tahun, perempuan hamil, lansia, pengidap penyakit kronis (seperti diabetes, asma, penyakit paru), tenaga medis, orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dan orang-orang yang sering bepergian. Dengan menerima vaksin, risiko sakit atau mengalami komplikasi akibat influenza pun dapat diminimalkan.
Saat akan divaksinasi, harus dipastikan seseorang dalam keadaan sehat. Vaksin tidak bisa diberikan kepada seseorang yang sedang sakit.
Selain ketika sakit, ada pula kondisi khusus yang membuat seseorang tidak memenuhi syarat untuk divaksinasi. Mereka adalah orang-orang yang alergi parah terhadap protein telur di dalam vaksin; mereka yang alergi terhadap komponen vaksin (antibiotik, gelatin, dan sebagainya); pernah mengalami reaksi parah pada vaksinasi sebelumnya; atau pernah mengalami penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) sebelum vaksinasi. GBS adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Saat ini, sudah banyak fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi flu. Beberapa bahkan menawarkan layanan pemberian vaksin di rumah. Jika kamu berencana divaksinasi, hubungi fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau dari rumahmu dan kalau perlu, berkonsultasilah dulu dengan dokter.