Saat Dio masih menenangkan diri, dilihatnya Toti dingiso yang melompat lincah berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lain. Gerakannya lincah dan tidak mudah jatuh. Dingiso adalah spesies dari kangguru pohon endemik di Provinsi Papua Tengah.
“Bagaimana kamu bisa melompat-lompat dengan lincah, Toti?” tanya Dio.
“Banyak berlatih. Jangan lupa, kita punya ekor panjang. Ini akan membantu keseimbangan. Jadi, kita tidak mudah terjatuh,” jawab Toti sambil terus melompat lincah. Dio sangat ingin bisa seperti Toti.
“Banyak berlatih dan jangan lupakan ekor panjang,” gumam Dio mengulang saran Toti.
Sejak saat itu, Dio rajin berlatih. Dia melompat-lompat di antara pohon matoa, nipah, dan bakau. Beberapa kali Dio terjatuh, tetapi tidak mengapa. Dia bangun lagi dan melompat lagi. Lama-lama tidak ada yang sulit. Dio mulai menjangkau cabang yang lebih tinggi. Dio juga melompat lebih jauh lagi.
Siang ini, sepulang sekolah, Dio melompat-lompat lagi. Oh, Dio tidak siap. Dia baru melihat ada elang yang terbang rendah. Dio teringat kata-kata Toti. Jangan lupakan ekor panjang. “Set…” Dio menarik dan mengarahkan ekornya. Dio bisa menyelamatkan diri. Mencapai cabang bakau dan segera bersembunyi di antara semak daunnya.
“Hhh…,” Dio menarik nafas panjang, bersyukur. Dia masih merasa deg-degan.
“Aku harus banyak berlatih lagi,” tekad Dio dalam hati.
Pagi ini, sekolah dingiso mengumumkan akan mengadakan lomba jelajah hutan. Rute sudah ditentukan. Tempat finis juga sudah. Dio ingin sekali mengikuti lomba itu meski ia tahu pasti banyak dingiso lain yang mahir melompat mengikuti lomba itu.
Hari yang ditunggu telah tiba. Dio menyiapkan diri. Toti ternyata ikut juga. Dio merasa tidak ada harapan. Sudah pasti Toti yang menang. Tapi, tidak masalah, Dio ingin mencoba.
Saat guru Rori Dingiso memberikan aba-aba siap, semua dingiso mulai melompat mengikuti rute yang ditentukan. Dio berusaha secepat mungkin. Dia juga tidak lupa menggunakan ekor panjangnya. Dio tidak tahu teman-teman lain sudah sampai mana. Pokoknya ia terus melompat saja. Kemudian ia sudah hampir sampai garis finis. Namun, di mana teman-temannya yang lain?
Guru Bo menyambutnya di garis finis dengan mengalungkan ranting anggrek dan bunganya.
“Selamat, Dio. Kamulah yang pertama sampai finis. Kamu pemenangnya.” Dio bersyukur. Ternyata usahanya tidak sia-sia.*
Penulis: Rahmah Bangun
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita