Sungai menjadi salah satu unsur terpenting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satunya Sungai Ciliwung, yang daerah aliran sungai (DAS)-nya sangat penting di pulau Jawa. Sungai ini mempunyai 120 titik alir dan merupakan sumber vital kehidupan, khususnya di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta.

Sayangnya, sungai ini selama bertahun-tahun telah tercemar. Data KLHK (2016) menunjukkan, Beban Pencemar Air Eksisting yang masuk ke Sungai Ciliwung adalah 54.416,64 kilogram per hari. Sementara itu, Daya Tampung Beban Pencemaran keseluruhan hanya 9.290,47 kilogram per hari.

Itu berarti beban pencemaran air di Sungai Ciliwung telah melampaui batas dan harus diturunkan. Kalau tidak, salah satu dampak terburuknya adalah banjir yang mampu melumpuhnya banyak aktivitas penting di kota-kota yang dilaluinya, termasuk Jakarta sebagai ibu  kota.

Oleh karena itu, pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan pemerintah, swasta, komunitas dan masyarakat pada umumnya, telah membangun kawasan daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung dengan nama Ekoriparian Ciliwung Srengseng Sawah.

Ekoriparian adalah salah satu kegiatan percontohan restorasi dan konservasi untuk perbaikan kualitas air. Pembangunan Ekoriparian Ciliwung Srengseng Sawah telah dimulai sejak 2015, melalui berbagai kegiatan kepedulian terhadap kelestarian DAS Ciliwung dan telah diresmikan pada April 2017.

Pengembangan Ekoriparian meliputi berbagai kegiatan, yaitu penurunan beban air limbah dengan pengolahan air limbah domestik dan air larian kawasan urban (urban storm water) sebelum dibuang ke sungai, pengurangan sampah dengan melakukan pembuatan kompos dari sampah yang dihasilkan masyarakat, pembelajaran rain harvesting, urban farming, pembudidayaan tanaman obat (toga), dan sarana edukasi.

Selain menghadirkan Ekoparian Ciliwung Srengseng Sawah, pihak lain yang tak kalah penting memperhatikan keberlangsung ekosistem Sungai Ciliwung adalah Komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci).

Mat Peci membentuk enam program kegiatan. Satu di antaranya adalah program edukasi dan pemberdayaan atau yang dikenal dengan Sekolah Sungai Ciliwung. Sekolah ini memberikan edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam, termasuk daerah aliran sungai.

Uniknya, dalam program Sekolah Sungai Ciliwung, mulai dari anak-anak hingga lansia akan diajarkan bagaimana menjaga kebersihan sungai hingga lingkungan sekitar. Intinya, siapa saja dapat ikut serta di sekolah ini. Khususnya, bagi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung di daerah Kampung Sawah, Depok, tidak dipungut biaya apabila ingin mengikuti kegiatan sekolah ini. Yang ingin ikut serta dalam kegiatan sekolah ini bisa langsung datang ke Sekolah Sungai Ciliwung yang berada di Kampung Sawah, Depok.

Dalam Sekolah Sungai Ciliwung, peserta tidak hanya melakukan bersih-bersih tepian Sungai Ciliwung, tetapi juga mempelajari tentang solusi penanganan sampah, seperti mengolah sampah organik jadi kompos dan mengolah sampah nonorganik menjadi kreativitas produk 3R yang dapat memiliki nilai jual. Selain itu, mempelajari tentang IPAL Instalasi Pengolahan Limbah. [*/ACH]

Foto dokumen Mat Peci Ciliwung.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 Mei 2018