Ranah kuliner selalu menyuguhkan beragam cita rasa khas dan cerita unik yang melatarbelakanginya. Bahkan banyak yang mengatakan, cita rasa yang dicecap dari hidangan tradisional mampu mencerminkan budaya bangsa. Hal inilah yang ditemui ketika berkunjung ke La Posta.
Tak perlu terbang jauh-jauh ke Amerika Latin karena La Posta hadir di Jakarta untuk menjawab rasa penasaran terhadap keberagaman kuliner Argentina. Lahir dari gagasan suami-istri Chef Pancho dan Katrina Huntley De Suarez, La Posta dibuka pada Maret 2017. Restoran ini berlokasi di kawasan sentra bisnis Karet, Jakarta Pusat.
Kat, panggilan akrab Katrina, yang juga sebagai General Manager La Posta, menerangkan, tujuannya mendirikan La Posta adalah membawa dan mengenalkan kekayaan kuliner Argentina Utara kepada masyarakat Indonesia, terutama penduduk Jakarta. Alasan lainnya, karena ayah Kat, telah lebih dulu bermukim di Jakarta. Sang ayah telah lama membujuk Kat dan Pancho untuk hijrah dan membuka restoran Argentina di Jakarta.
Boleh dikatakan hingga saat ini, La Posta menjadi satu-satunya restoran yang menyajikan menu Argentina di Jakarta. Tepatnya, menu Argentina bagian utara karena Pancho berasal dari daerah itu.
“Tentu ini menjadi kesempatan baik bagi kami untuk mengenalkan makanan autentik Argentina Utara kepada pencinta kuliner di Jakarta. Membuat tempat yang nyaman dan hangat untuk para tamu sehingga mereka mendapatkan pengalaman kuliner baru yang menyenangkan di sini,” ucap Kat, beberapa waktu lalu.
Argentina adalah negara yang luas di Amerika Latin, membentang dari utara ke selatan. Secara garis besar, geografisnya terbagi menjadi tiga bagian, yakni utara, tengah, dan selatan. Sama halnya dengan sejarah kuliner di banyak negara, setiap wilayah di Argentina memiliki versi masakannya masing -masing.
Contohnya, untuk membuat grill beef di Argentina bagian utara, masyarakat memakai daging sapi. Lain halnya penduduk di Argentina selatan, lebih menyukai daging domba.
Sebagai negara multikultural, budaya lokal masyarakat Argentina cukup dipengaruhi konten asing, terutama Italia dan Spanyol. Tak heran, bila makanan tradisionalnya juga memiliki kemiripan seperti varian pasta, roti, dan piza.
Simpel dan kaya rasa
Kat menerangkan prinsip memasak hidangan Argentina tergolong simpel dan sederhana, tetapi memiliki kekayaan cita rasa. Bahkan, bumbu dasarnya cukup menggunakan garam, lada, dan oregano. Untuk menghadirkan rasa lebih berbumbu pada makanan, bisa ditambahkan dengan saus chimichurri.
Co-Owner La Posta Axel Widjojo menambahkan, “Di sinilah kami hadirkan keunikan steik Argentina. Perbedaannya terletak dari aroma wangi dari pemakaian rempah dan tekstur daging. Steik kami, sudah terasa enak disantap, meski tanpa tambahan saus sama sekali. Lalu, untuk mendapatkan rasa lezat dari dagingnya, disarankan tidak memesan tingkat kematangan well done, tetapi justru medium atau medium rare.”
Di La Posta, kita bisa menikmati beragam hidangan, dari menu pembuka, utama, hingga penutup. Sebagai penggugah selera, coba saja awali petualangan kuliner ini dengan menyantap empanadas, humita en chala, dan lengua a la vinagreta.
Sekilas, empanadas menyerupai pastel. Bedanya, menu tradisional ini berisi hand cut beef dan sayuran yang membuat rasa dan teksturnya berbeda. Sementara itu, humita en chala adalah kudapan dari jagung manis dengan basil dan keju, ditutup dengan daun jagung. Lalu, jika tertarik menyantap jenis cold starter, lengua a la vinagreta bisa menjadi opsi menarik. Inilah menu lidah sapi yang diolah dengan daun parsley dan bawang.
Jika datang bersama kerabat atau keluarga, omelette campesino patut dijajal. Porsinya besar, berupa telur dadar berisi keju, tomat, dan bawang.
La Posta juga menyediakan menu compliment yakni pan de la casa, roti homemade Argentina, dilengkapi saus tuco dan chimichurri. Kita bisa menyantapnya sambil menunggu hidangan utama tersaji.
Sebagai menu utama andalan adalah beragam varian argentine grill dan milanesa. Argentine grill yang menjadi favorit adalah costillas a la sal berupa iga sapi premium yang dimasak secara slow-grilled. Adapun milanesa berisi daging sapi yang dibungkus tepung roti.
Untuk “mencuci” mulut, tersedia alfajores de maicena (biskuit), conitos (biskuit cokelat), maupun cheese cake de dulce de leche (karamel argentina). Semuanya terasa pas untuk menutup pengalaman bertualang rasa ala Argentina.
“Rencana dalam tiga tahun mendatang, kami akan fokus dengan restoran di lokasi ini. Kami ingin melihat bagaimana konsep ini berjalan dan dapat diterima masyarakat luas,” pungkas Kat.
(Oleh MR Rahajeng Kristianti)
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 7 Desember 2018.