Mobil bertransmisi otomatis (mobil matik) semakin digemari, terutama oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, yang sarat akan kemacetan. Selisih harga yang cukup tinggi dibandingkan mobil manual ternyata terbayar lunas dengan kenyamanan yang diberikan.

Ani, karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta Barat mengatakan, meski tidak seresponsif mobil manual, mobil matik miliknya mampu memberikan kepuasan tersendiri karena kemudahan yang ia dapatkan. “Enak pakai matik. Kaki kiri gak perlu pegal-pegal nginjak kopling. Apalagi jalur rumah-kantor sering banget macet, lebih-lebih pagi hari menjelang jam kantor,” ujarnya.

Ibu muda yang tinggal di kawasan Cibubur, Jakarta Timur tersebut menambahkan, kenikmatan berkendara dengan mobil matik harus diiringi dengan perawatan rutin. “Ke bengkel untuk perawatan rutin, termasuk ganti oli, enggak pernah saya lewatkan. Oleh karena itu, mobil tetap enak dipakai, hemat pula. Memang sih, biaya perawatan sedikit lebih mahal dibandingkan mobil manual. Tapi, kita akan mendapatkan kepuasan tersendiri,” tambahnya dengan penuh semangat.

Minat terhadap mobil matik juga bisa dilihat dengan semakin banyaknya konsumen yang membeli mobil berpedal dua tersebut. Selain di gerai mobil baru, di sejumlah gerai mobil bekas pun menawarkan mobil matik dengan beragam merek.

Terlepas dari kepuasan dan minat akan mobil matik, transmisi otomatis memiliki sejarah panjang. Pada 1904, Sturtevant bersaudara berhasil menciptakan Horseless Carriage, kendaraan roda empat pertama yang disebut-sebut sebagai nenek moyang mobil matik.

Selanjutnya, pada 1908, Henry Ford, pendiri perusahaan otomotif Amerika Serikat, Ford Motor Company, menerapkan sistem transmisi otomatis pada mobil Ford Model T. Inovasi yang dilahirkan masih jauh dari sempurna sehingga mobil cepat rusak.

Teknologi otomotif terus berkembang dan hadirlah istilah kopling fluida yang disponsori oleh Chrysler sekitar tahun 1930-an. Transmisi dengan sistem ini dapat memberikan transfer tenaga lebih halus karena cairan yang digunakan memungkinkan terjadinya gesekan kopling tanpa menghasilkan panas berlebih.

Teknologi kopling fluida juga memungkinkan gigi tetap masuk dan mesin kendaraan tidak mati, meski dalam keadaan berhenti. Meski dapat menyalurkan tenaga lebih halus, sistem transmisi ini terasa kurang efisien.

Berkaca pada sejumlah kekurangan, transmisi otomatis konvensional, para insinyur otomotif kembali memutar otak. Hasilnya berupa transmisi continuously variable transmission (CVT), transmisi otomatis yang menggunakan sabuk baja.

Pengendara mobil bertransmisi CVT tidak akan merasakan adanya perpindahan gigi. Hal ini lantaran perpindahan rasio transmisi tidak terjadi dari gigi ke gigi melainkan berlangsung secara berangsur (gradual) sesuai perubahan diameter puli. Dengan demikian, meski kecepatan mobil terus meningkat, putaran mesin dapat terjaga di satu titik.

Dengan teknologi tersebut, mobil akan lebih hemat bahan bakar. Itulah sebabnya, transmisi jenis ini masih banyak dipertahankan di sejumlah merek dan tipe mobil modern. Teknologi transmisi tidak berhenti pada CVT. Kini, sudah banyak dijumpai mobil yang telah menggunakan teknologi komputer untuk mengurusi transmisi, utamanya saat mengatur perpindahan gigi.

Simulasi

Sementara mengenai konsumsi bahan bakar, mobil matik modern memiliki nilai ekonomis yang nyaris sama dengan mobil manual. Hal ini dapat digambarkan melalui sebuah simulasi mobil jenis SUV dengan merek dan kapasitas sama tetapi transmisinya berbeda.

Versi manual SUV tersebut mengonsumsi bahan bakar 10,1 kilometer per liter, sedangkan tipe matiknya 9,2 kilometer per liter. Jika dilihat dari sisi akselerasi, saat 1–100 kilometer per jam, transmisi manualnya lebih cepat 1 detik dibanding matik.

Simulasi serupa juga dilakukan pada mobil jenis hatchback. Dengan disematkan fitur Eco, mobil matik lebih hemat bahan bakar ketimbang manual. Hatchback yang menggunakan transmisi otomatis mampu melahap jarak 11,2 kilometer per liter. Sementara itu, versi manual 10,7 kilometer per liter. Namun terkait akselerasi pada 0–100 kilometer per jam, versi matik kalah 2 detik dibandingkan manual. [BYU]

noted: Transmisi Otomatis Kian Digemari