Pizza, makanan yang kini lekat dengan gaya hidup urban, restoran bagus, atau kalangan menengah ke atas, bermula dari sebuah daerah pinggir pantai yang miskin dan padat di Napoli, Italia. Alih-alih sebagai kekayaan kuliner, pizza waktu itu adalah cara bertahan hidup untuk menyiasati mahalnya harga bahan makanan.
Pada abad ke-18, Napoli terkenal akan golongan pekerja yang miskin, yang disebut lazzaroni. “Semakin dekat kita dengan area teluk, semakin padat populasinya. Sebagian besar kehidupan mereka dihabiskan di luar rumah, kadang rumah bahkan lebih sempit daripada apa yang kita sebut ruangan,” begitu kata Carol Helstosky, penulis Pizza: A Global History.
Tidak seperti sekian persen golongan orang kaya, penduduk Neapolitan membutuhkan makanan tidak mahal yang bisa dikonsumsi secara cepat. Pizza, roti datar dengan beragam topping yang dijual di pinggir-pinggir jalan atau restoran informal, sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka biasa menggunakan topping yang saat ini terkenal seperti tomat, keju, buah zaitun, atau bawang putih. Pada saat itu, oleh beberapa penulis Italia, kebiasaan makan golongan ini dianggap rendah, bahkan disebut menjijikkan.
Pada 1889, Raja Umberto I dan Ratu Margherita mengunjungi Napoli. Mereka bosan dengan kuliner Perancis yang itu-itu saja dan memesan bermacam-macam pizza dari kedai Pizzeria Brandi yang didirikan pada 1760. Dari beragam varian tersebut, sang ratu paling menggemari pizza mozzarella, pizza yang menggunakan topping keju putih yang lembut, tomat merah, dan daun basil di atasnya. Sejak saat itu, pizza dengan topping tersebut dinamakan pizza Margherita. Peristiwa tersebut barangkali menjadi titik awal menyebarnya kegilaan akan pizza di seluruh Italia.
Jauh di seberang lautan, imigran di Amerika Serikat yang datang dari Napoli membuat juga pizza untuk makanan mereka. Waktu itu mereka datang sebagai buruh pabrik, bukan dalam rangka menguarkan aroma pizza. Namun, tak bisa dihindari, gurihnya pizza juga menjadi magnet bagi orang-orang yang baru mengenalnya. Menjual pizza pun menjadi mata pencaharian potensial bagi para imigran ini. Kedai pizza di Amerika Serikat yang paling awal tercatat adalah G Lombardi di Manhattan. Gennaro, pemiliknya, mulai mendirikan usaha ini pada 1905.
Sekarang, bukan hanya di Italia atau Manhattan, pizza dapat ditemukan di sudut-sudut kota di negara mana pun. Di Jakarta saja, ada puluhan restoran pizza. Hal ini melepaskan pizza dari stereotipenya sebagai makanan kaum jelata, melainkan menjadikannya salah satu makanan yang paling populer dan digemari di seluruh dunia. [*/NOV]
foto: shutterstock