Dimas Sayyid Mahfuzh selaku Co-founder Relearn and Learning, dalam webinar Kognisi yang berjudul “Grit and Growth Mindset Leadership” yang diadakan belum lama ini menyampaikan bahwa alih-alih merupakan talenta sejak lahir, kepemimpinan adalah suatu hal yang dapat dipelajari. Paparan dan diskusi selama 1,5 jam menarik antusiasme hampir 70 peserta, baik dari publik maupun karyawan Kompas Gramedia.
“Resep” menjadi pemimpin yang baik
Dimas memaparkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi pemimpin yang baik.
Pertama, tentukan tujuan (purpose); ketika tujuan sudah jelas akan lebih mudah untuk lanjut ke tahap berikutnya.
Kedua, manusia (people); terkait dengan pola pikir dan motivasi intrinsik individu dalam mencapai tujuannya.
Terakhir, metode (process); cara kerja untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, termasuk bagaimana memberdayakan orang lain agar dapat bekerja dengan optimal.
Namun, dari ketiga “resep” tersebut, Dimas berpendapat bahwa kendala mayoritas terjadi pada manusia (people). Hal ini dikarenakan individu kerap kali masih memiliki pola pikir yang salah dan membandingkan dirinya dengan orang lain.
“Kalau saya sebagai individu masih belum clear di bagian people karena pola pikir (mindset) saya masih belum benar, membandingkan diri dengan orang lain yang sudah sukses, which is not fair for me, mungkin dia sudah belajar selama 10 tahun, tapi saya baru lihat dia seminggu dan ingin punya keahlian kaya dia, gitu,” jelas Dimas.
Lantas, bagaimana mengatasinya? Dimas mulai mengenal istilah grit yang merupakan gabungan dari hasrat atau minat (passion) dan kegigihan (perseverance) dalam mencapai tujuan. Kombinasi dengan growth mindset yang merupakan sebuah pola pikir bahwa keahlian adalah suatu hal tanpa titik akhir (finite) dan dapat terus bertumbuh dan berkembang melalui dedikasi dan kerja keras. Lalu bagaimana caranya sampai ke titik grit dan growth mindset?
“Di sini, saya coba lihat dan baca buku, tetapi bukan cuma itu, saya juga implementasi, itu yang menjadi nilai beda antara orang-orang yang belajar dan benar-benar jadikan itu pengetahuan (knowledge) dan orang-orang yang jadikan itu kebijaksanaan (wisdom),” papar Dimas.
Dalam kesempatan yang sama, Dimas juga memberikan formula membentuk grit dan growth Mindset. Jika sebelumnya disebutkan bahwa grit merupakan gabungan dari passion dan perseverance, formula passion itu sendiri adalah gabungan dari hal yang kita sukai dan hal kita kuasai.
“Kalau kita melakukan sesuatu tanpa skill, yang ada kita akan frustrasi. Lebih parah lagi, kita nggak suka pekerjaannya dan nggak punya skill di situ, tidak cuma frustrasi, tetapi juga kita akan menderita.” lanjutnya.
Pemaparan yang begitu memantik diskusi ini juga mengundang beberapa pertanyaan yang tak kalah menarik dari audiens. Salah satu peserta, Andari Reksi bertanya, dalam konteks karier bagaimana cara memastikan hal yang dikerjakan adalah passion atau suka (love), bukan sekadar penasaran.
Menanggapi hal ini, Dimas mengadopsi analogi Angela Duckworth dalam jawabannya, “Love itu adalah ketika mendapat timbal balik untuk diri kamu, nggak cuma ngasih. Ketika kamu melakukan something itu mungkin ada impact monetary-nya, itu satu. Terus yang kedua, kamu menjadi individu menjadi lebih baik. Ukurannya apa? bandingkan diri Anda 5 tahun yang lalu dan yang sekarang, apakah dengan melakukan hal tersebut membuatmu menjadi better human being?”
Sebagai penutup, ia menekankan pentingnya untuk implementasi melalui cara trial and improve. “Dari saya sih sebenarnya the essence of knowledge is wisdom, jadi wisdom tuh knowledge yang dipraktikkan di kehidupan nyata dan jadi sebuah pengalaman (experience).” tutupnya.
Kognisi adalah platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogifriends! Stay safe and stay sane!
Penulis: Aurina Indah Tiara; Editor: Sulyana Andikko; Ilustrasi: Ericha Surya Tantio