Pada malam 10 terakhir di bulan Ramadhan, umat Islam meyakini terdapat malam yang penuh dengan keberkahan dan lebih baik dari pada seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Pada malam ini, banyak umat Islam berlomba-lomba melakukan kebaikan untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Selain fokus untuk beribadah dan melakukan kebaikan. Terdapat tradisi khusus yang dilakukan oleh masyarakat masing-masing daerah dalam menyambut malam Lailatul Qadar.
Berikut beberapa tradisi khusus dalam menyambut malam Lailatul Qadar.
Selikuran
Selikuran adalah tradisi yang berasal dari Jawa Tengah. Selikuran berasal dari bahasa jawa yang artinya dua puluh satu. Maksudnya adalah tradisi ini dimulai pada malam ke-21 bulan Ramadhan.
Selikuran biasanya ditemukan di daerah Surakarta. Tradisi ini berawal dari Raja Surakarta mengarak tumpeng yang diiringi oleh lampu menuju Masjid Agung Surakarta.
Setelah itu, melakukan doa secara bersama-sama untuk meminta keselamatan dan keberkahan kepada Allah SWT. Kemudian, tumpeng tersebut akan dinikmati oleh masyarakat umum. Isi tumpeng biasanya terdapat nasi tumpeng dan lauk pendamping seperti telur puyuh, cabai hijau, kedelai hitam, dan mentimun.
Dile Jojor
Dile Jojor berasal dari Nusa Tenggara Barat tepatnya di daerah Lombok. Tradisi ini memiliki ciri khas yang unik, yaitu dengan menyalakan Dile Jojor. Dile Jojor, obor kecil yang terbuat dari buah nyamplung, yang diolah kemudian dibakar menjadi obor.
Tradisi ini berawal dari membawa nasi dan lauk pauk ke masjid terdekat untuk berbuka puasa bersama. Biasanya, Dile Jojor dinyalakan pada ba’da maghrib. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk menerangi setiap sudut desa, yang tadinya gelap menjadi terang karena pancaran cahaya dari Dile Jojor.
Ketupat
Ketupat adalah tradisi orang betawi dalam menyambut malam Lailatul Qadar. Biasanya pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir, masyarakat akan berkumpul untuk makan bersama. Makanan yang disajikan biasanya ketupat dan kue abug, yaitu kue yang terbuat dari tepung beras dan isinya gula merah dan kelapa yang disangrai bersama.
Liquran
Liquran adalah tradisi orang Melayu Pontianak dalam menyambut malam Lailatul Qadar. Liquran dimulai dari malam ke-21 Ramadhan. Pada tradisi ini, masyarakat Pontianak membuat gerbang dari Keriang Bandong.
Keriang Bandong adalah permainan yang terbuat dari lampu hias. Bentuknya sangat beraneka ragam seperti ikan, bintang, bahkan ada juga yang berbentuk obor atau pelita yang digunakan untuk menerangi teras rumah. Penerangan ini diyakini sebagai penanda agar malaikat datang ke setiap rumah untuk menyambut malam yang penuh dengan keberkahan.
Rabas Sowan
Rabas Sowan berasal dari Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Tradisi ini diisi dengan sebuah ritual yang meliputi pohon pisang yang lengkap dengan daun dan buah, juga satu pohon tebu dan daunnya, kemudian disatukan dengan cara diikat dan dihiasi oleh kertas minyak. Pada pohon tersebut biasanya digantungkan hadiah-hadiah, seperti kue-kue kering, ketupat, dan juga uang pecahan dari Rp 1.000 – Rp 100.000. Rabas Sowan biasanya dimulai pada malam ke-21 tepatnya pada pukul 4 sore saat menunggu adzan maghrib. Biasanya anak-anak berebut mengambil hadiah sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Indonesia kaya akan tradisi dan budaya. Macam-macam tradisi unik, seperti Selikuran, Dile Jojor, Ketupat, Liquran, dan Rabas Sowan, dalam menyambut malam Lailatul Qadar ini dapat menyatukan masyarakat dan menciptakan kepedulian antar sesama.