Keahlian presentasi merupakan hal yang krusial dan mesti dikuasai, utamanya dalam dunia kerja. Faktanya, hampir semua pekerja kantoran melakukan presentasi setiap harinya, bahkan dibutuhkan saat rapat.

Namun, presentasi tidak hanya terdiri atas kemampuan berbicara depan umum yang baik, tetapi juga membutuhkan kemahiran dalam merangkai bahan presentasi. Oleh karena itu, mengetahui pentingnya proses perancangan dan prinsip-prinsip yang diterapkan pada bahan presentasi sangat penting untuk dipelajari.

Guna meningkatkan keterampilan presentasi pada pekerja dan mahasiswa, Growth Center by Kompas Gramedia bekerja sama dengan Klob mempersembahkan webinar berjudul How to Deliver a Winning Presentation pada Rabu, 17 Maret 2021. Pada webinar interaktif yang menghadirkan Creative Director Dentsu MainAd Rangga Immanuel ini dijelaskan mengenai pentingnya merancang bahan presentasi. Tidak hanya komunikatif, tetapi juga menjual serta tips persiapan sebelum presentasi.

Rangga membuka sesi dengan menceritakan dampak buruk dari bahan presentasi yang buruk, yakni tidak digemari oleh audiens. Namun, ia menegaskan hal ini tidak hanya berdampak pada audiens, tetapi juga pada pemberi materi. Sebab, melihat wajah-wajah bosan dan mengantuk saat sedang mempresentasikan sesuatu merupakan sebuah pengalaman yang menakutkan.

“Jenis presentasi di mata audiens cuma ada dua: yang menarik dan tidak menarik,” tegas Rangga.

Sering kali orang lupa bahwa dalam melakukan presentasi, hasil yang ingin dicapai adalah untuk para audiens membeli gagasan yang disampaikan. Merujuk ke judul dari sesinya, Rangga menuturkan, sebuah presentasi yang berhasil tidak hanya ditampilkan dan dijelaskan, tetapi juga dapat dimengerti dan menjual.

Beranjak dari situ, Rangga mengidentifikasi tiga tahap dalam membuat presentasi yang menjual: perencanaan, persiapan, dan penyampaian.

Perencanaan yang Tepat Sasaran

Audiens yang kita jumpai tidak selalu sama. Okeg itu, tidak ada satu cara baku presentasi yang dapat digunakan terus-menerus, tetapi hanya pendekatannya yang sama. Dalam menentukan cara presentasi yang tepat untuk audiens tertentu, Rangga merumuskan formula 5W yang terdiri atas apa, siapa, mengapa, kapan, dan di mana.

Dengan mengerti dahulu situasi dan kondisi yang akan dihadapi, hasil persiapan presentasi akan lebih terstruktur dan terarah.

Pertama, ketahui segala hal tentang apa yang akan dijual melalui presentasi. Kita akan lebih percaya diri karena telah menguasai pesan utamanya.

Kedua, kenal audiens atau para pembeli. Dengan mengetahui sifatnya, kita menjadi tahu pendekatan atau cara komunikasi yang efektif.

Ketiga, rumus alasan dibalik kebutuhan pembeli akan pesan yang disampaikan atau dijual.

Keempat, sesuaikan dengan latar waktu. Contohnya, presentasi pada sore hari yang mempunyai durasi lebih singkat karena audiens sudah merasa lelah.

Terakhir, sesuaikan dengan latar tempat. Tentunya presentasi secara daring dan luring mempunyai cara pembawaan yang sangat berbeda. Dengan mempelajari kelima aspek itu, presentasi dapat direncanakan dengan tepat sasaran karena “lapangan” sudah tergambarkan.

“Kesalahan yang sering dilakukan banyak orang adalah mulai merencanakan presentasi dari aspek ‘bagaimana’, seperti mencari format yang menarik dan gaya tulisan yang cocok. Padahal, tujuan dan landasan dari presentasi itu sendiri atau 5W-nya belum dikuasai. Kecenderungan ini menyebabkan presentasi yang tidak tersusun dengan efisien,” jelas Rangga.

Persiapan yang Matang dan Efektif

Persiapan dari suatu presentasi terdiri atas dua bagian, yaitu penekanan pada poin-poin utama dan peran visual. Memberikan penekanan yang kuat pada poin yang tepat tentu tidak mudah. Rangga memberikan tiga tips dalam memberikan penekanan yang tepat.

Pertama, sampaikan poin satu per satu. Prinsip ini perlu diterapkan untuk menghindari pembocoran isi presentasi. Perumpamaannya seperti menangkap satu bola atau lima bola sekaligus, yaitu kemungkinan untuk tidak menangkap bola satu pun lebih besar saat dilempar terlalu banyak.

Kedua, gunakan grafis atau animasi untuk memperkuat pesan dan bukan untuk menghibur.

Ketiga, ukuran bukan segalanya, tapi memang penting. Ketahui bahwa penekanan suatu poin tidak selalu harus memperbesar ukuran gaya tulisan.

Elemen visual dalam presentasi mempunyai peran yang sangat besar. Untuk menjadi pedoman dalam merancang bahan presentasi, Rangga membagikan aturan sepertiga. Konsep tata letak ini mempunyai titik-titik fokus yang membantu perancang memberikan penekanan yang tepat dan pengamat untuk berfokus pada pesan utama.

“Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, bagaimana bahan presentasi dan diri kita ditampilkan sangat berpengaruh pada tersampaikannya pesan itu,” tegas Rangga.

Penyampaian yang Berdampak

“Sering kali orang membiarkan bahan presentasinya untuk memimpin dan menjadi bintang utama. Padahal, pemimpin dari suatu presentasi adalah pembawa materi itu sendiri,” tutur Rangga.

Ia memperkuat pernyataannya dengan fakta bahwa hal yang perlu diingat adalah penampilan dan bahasa tubuh ketika membawa presentasi. Di sisi lain, kata-kata yang ditampilkan pada bahan presentasi bahkan tidak mudah diingat.

Untuk dapat memimpin suatu presentasi dengan baik, dibutuhkan latihan yang rutin. Terimalah bahwa persiapan kita tidak akan pernah sempurna. Namun, melakukannya juga tidak memberikan kerugian apa pun. Bahkan, dengan modal latihan, kegelisahan dapat dihadapi.

Rangga mengidentifikasi lima aspek yang perlu diperhatikan saat berlatih, yakni kekuatan, ritme, penekanan, jeda, dan doa. “Jangan sampai nih, presentasi kamu hanya kuat (power) dalam elemen visual, tanpa ada kejelasan maksud (no points),” pungkasnya.

Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Clara Lourdessa Oryza E, Editor: Sulyana Andikko.