Film ini mengambil sudut pandang Coriolanus Snow (Tom Blyth), yang kelak dikenal sebagai presiden sekaligus tiran Panem yang kejam. Dalam film ini dikisahkan, Coriolanus adalah anak dari petinggi Panem yang kaya raya, tetapi jatuh miskin setelah orang tuanya tewas.
Baca juga: The Hunger Games: Mockingjay-Part 1
Coriolanus tinggal bersama nenek dan sepupunya, Tigris (Hunter Schafer). Ia bertekad untuk melakukan apa saja untuk mengembalikan kejayaan keluarganya. Peluang itu muncul ketika ia menjadi mentor bagi seorang tribute, yaitu perwakilan untuk dipilih untuk menjadi peserta Hunger Games. Syaratnya, tribute yang ia mentori harus menjadi pemenang.
Masalahnya, tribute yang ia mentori adalah Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) dari Distrik 12. Distrik ini termasuk yang paling miskin dan Lucy tidak memiliki kemampuan apa pun untuk diperhitungkan menjadi pemenang, kecuali jiwa pemberontaknya.
Mampukah Coriolanus membimbing Lucy dan bisakah mereka lolos dari pertarungan maut Hunger Games? The Ballad of Songbirds and Snakes menghadirkan jawaban yang amat memikat untuk itu.
Munculnya sang tiran
Bagi mereka yang mengikuti serial The Hunger Games tentu mafhum bahwa Presiden Snow adalah sosok antagonis yang amat kejam. Menarik pada film ini dikisahkan bahwa awalnya ia ternyata seorang anak yang baik dan pintar. Ia bahkan menjadi tumpuan harapan nenek dan saudaranya.
Baca juga: Red Sparrow: Siasat Si Mata-mata
Dalam film ini, ia berkawan dengan Sejanus Plinth (Josh Andres Rivera), anak dari tokoh Capitol yang berpengaruh dan kaya raya. Dengan latar belakang yang amat berbeda, persahabatan Coriolanus dan Sejanus penuh warna dan menjadi salah satu konflik yang menarik disimak.
Aspirasi untuk keluar dari kehidupan susah di bawah cibiran banyak orang, termasuk kepala akademi Highbottom (Peter Dinklage), membentuk karakter Coriolanus. Ia terus bergumul antara menjadi sosok baik dan penolong di satu sisi, tetapi juga di sisi lain licik dan menghalalkan segala untuk mewujudkan keinginan, tak ubahnya seekor ular.
Ia dipertemukan dengan sosok Lucy yang berjiwa bebas dan pemberontak sejati. Ia mengekspresikan penderitaannya ke dalam nyanyian, sehingga dijuluki sang burung bernyanyi.
Lucy bersikap apa adanya dan pasrah saja ketika dipaksa mengikuti Hungry Games. Demikian pula, ia percaya dan menuruti semua yang dikatakan Coriolanus sebagai mentor. Namun, ia tetaplah jiwa yang bebas. Menarik menyimak bagaimana pasang-surut hubungan mereka, yang tampaknya bukan sekarang mentor dan mentee, tetapi juga asmara pasangan berlawanan jenis.
Sosok lain yang mencuri perhatian adalah Dr Gaul (Viola Davis) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Hunger Games. Salah satu dialog menarik ketika ia bertanya pada Coriolanus tentang tujuan diselenggarakannya Hunger Games. Ternyata, bukanlah sebagai hukuman bagi distrik-distrik yang memberontak, tetapi lebih untuk menunjukkan diri mereka—penguasa Capitol dan penyelenggara. Dan, seperti akhirnya disadari Coriolanus, pertandingan itu juga menjadi ajang untuk mewujudkan aspirasi dirinya yang sesungguhnya.
Ada banyak hal yang dituturkan oleh The Ballad of Songbirds and Snakes. Mulai dari hitam-putih persahabatan, pasang-surut hubungan berlawanan jenis, hingga tekad dan upaya untuk mewujudkan impian. Semua disajikan dalam visual dan akting memikat dari para pemain yang berbakat.
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes sudah tayang dan dapat disaksikan di bioskop Tanah Air. Film ini wajib tonton bagi penggemar serial The Hunger Games. Jangan sampai ketinggalan.
Review overview
Summary
8It Lives Inside berkisah tentang remaja India-Amerika yang dihantui monster pemakan daging. Ia harus kembali pada akar budayanya untuk dapat mengalahkan sang monster.