Fenomena kerasukan atau di bawah pengaruh kekuatan jahat menarik karena menampilkan kekuatan supranatural di luar nalar manusia. Kali ini, seorang perempuan biarawati menjadi sosok terdepan melawan kekuatan jahat itu.
Di tengah meningkatnya kasus kerasukan, Gereja Katolik memutuskan untuk membuka kelas eksorsisme atau pengusiran kekuatan jahat. Kelas itu mendidik para pastor melakukan ritual eksorsisme.
Sekolah di bawah pimpinan Romo Quinn (Colin Salmon) itu dilengkapi semua yang dibutuhkan untuk mempelajari sepak-terjang iblis. Dalam bangunan besar bergaya klasik itu terdapat ruangan-ruangan layaknya tahanan, tempat di mana orang-orang yang diduga kerasukan terus-menerus dipantau.
Selain para pastor yang belajar, terdapat juga suster yang membantu melayani. Termasuk salah satu di antaranya Suster Ann (Jacqueline Byers). Ia memiliki ketertarikan tersendiri pada praktik eksorsisme.
Melihat ketertarikan Suster Ann, Romo Quinn pun mengabaikan aturan dan membolehkannya ikut belajar. Suster Ann kemudian mempratikkan eksorsisme untuk menolong adik salah satu pastor, Romo Dante (Christian Navarro). Belakangan ternyata ketertarikan Suster Ann terkait dengan kejadian yang ia alami pada masa lalu.
Peran perempuan
The Devil’s Light merupakan film horor. Untuk itu, sutradara Daniel Stamm masih mengikuti pakem film horor dewasa ini yang mengacu pada film-film James Wan, sebagaimana pada semesta film The Conjuring. Utamanya dengan menggunakan teknik jump scare dengan bantuan visual dan tata suara yang mendukung.
Boleh jadi film ini terasa tak berbeda jauh dengan film-film horor sejenis. Anda akan mendapati wajah bengis orang kerasukan. Belum lagi sosok yang mendadak bisa menempel dan berjalan di langit-langit layaknya seekor cicak. Dan, tak ketinggalan sosok yang terangkat ke udara dengan badan menekuk tidak normal.
Kalau mengingat karya terdahulu Stamm, The Last Exorcism (2010), salah satu adegan yang paling membekas dan boleh jadi mengerikan adalah ketika sosok yang kerasukan menempel dan berjalan di langit-langit. Adegan yang sama kembali dapat disaksikan dalam The Devil’s Light.
Dari sisi efek visual dan tata suara, boleh jadi The Devil’s Light mampu hadir tanpa cacat cela. Namun, karena formula yang digunakan merupakan pengulangan dari film-film sejenis, daya kejutnya tak lagi semenakutkan film-film terdahulu.
Barangkali yang membuat The Devil’s Light tetap menarik adalah karena jalinan kisahnya yang terbilang baru, yaitu menampilkan sosok perempuan di tengah kekakuan institusi gereja yang cenderung didominasi kaum pria.
Sosok Suster Ann menghadirkan problematika melawan kerasukan dengan kerumitan yang tidak biasa. Jadi, meskipun masih mengandalkan jump scare, The Devil’s Light menawarkan drama yang mengaduk sisi emosional.
Penampilan Byers yang memerankan Suster Ann cukup solid. Bukan hanya sebagai sosok yang punya masa lalu bermasalah, tetapi juga berjuang untuk berdamai dengan masa lalunya.
Sementara itu, setting lokasi yang unik dengan menampilkan ruang-ruang bawah tanah yang kelam, membuat aksi-aksi melawan kekuatan jahat di The Devil’s Light terasa berbeda.
Sebagai tontonan yang di AS diluncurkan menjelang Halloween, perayaan yang sarat dengan hal-hal berbau horor, The Devil’s Light cukup menghibur. Meski bagi penggemar horor sejati mungkin dianggap kurang seram, setidaknya ada hal-hal menarik yang membuat film ini amat layak ditonton. The Devil’s Light sudah dapat ditonton di layar perak Tanah Air.
Review overview
Summary
7Seorang biarawati bersiap untuk melakukan pengusiran setan dan berhadapan langsung dengan kekuatan iblis yang memiliki ikatan misterius dengan masa lalu terutama ibunya.