Penerbangan jarak jauh yang memakan waktu lebih dari 20 jam, membutuhkan persiapan ekstra. Bagi orang dewasa sekalipun, penerbangan selama itu bisa membuat badan terasa linu, tangan ngilu, dan kaki kaku-kaku. Apalagi bagi anak-anak. Untuk itu, jika mengajak anak-anak bepergian jarak jauh dengan menggunakan pesawat, sebaiknya lakukan persiapan secara matang.

Beberapa waktu lalu, koran ini bertemu dengan Lidwina (36) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten. Kebetulan ia hendak melakukan penerbangan jarak jauh menuju Los Angeles, Amerika Serikat (AS), dengan sekali transit di Dubai. Rute Dubai-Los Angeles sendiri menjadi salah satu jalur penerbangan terpanjang di dunia.

Sebenarnya, ada rute yang lebih pendek dari Jakarta, yakni melalui Hongkong, Taipe, atau Tokyo, tapi Lidwina mengaku tak cukup beruntung untuk mendapat tiket dengan harga yang lebih hemat pada ketiga rute tadi. Ia pergi bersama keluarga, termasuk anak-anaknya yang masih berusia 4 tahun dan 2 tahun.

“Bagi anak saya yang kecil, ini penerbangan jarak jauhnya yang pertama. Total waktu perjalanannya sekitar 27 jam. Ini persiapannya memang sedikit lebih banyak. Untuk penerbangan selama itu, apalagi pakai kelas ekonomi, biasanya anak-anak jadi mudah rewel,” ujarnya.

Beberapa persiapan yang ia lakukan, antara lain membawa barang-barang kesayangan si kecil, seperti mainan, bantal, dan selimut. “Ini biar anak-anak saya tidak terlalu ‘pangling’ dengan suasana selama di kabin pesawat. Bawa bantal dan selimut membuat mereka masih sedikit merasakan ‘aroma’ rumah. Sedangkan untuk hiburan, selain mainan, di kursi pesawat terdapat monitor yang menyuguhkan film anak-anak,” ujar Lidwina.

Jadwal penerbangan dan tempat duduk di pesawat pun sebaiknya telah dipertimbangkan. “Kebetulan suami saya sedikit paham tentang dunia aviasi, ya. Jadi, dia yang memilih jadwal terbang dan posisi kursi,” terang Lidwina.

Mereka pun mengambil penerbangan malam hari dari Jakarta agar anak-anak sudah mengalami waktu tidurnya sehingga bisa lebih tenang. Sedangkan untuk kursinya, mereka memilih posisi yang dekat jendela, tak terlalu jauh dari toilet, dan tak tertutup sayap.

“Kalau duduk di dekat jendela, saat penerbangannya sudah siang, anak-anak bisa leluasa melihat ke luar. Selain itu, saat memesan tiket, sebaiknya langsung pesan makanan khusus anak-anak. Maskapai yang terbang jarak jauh biasanya menyediakan menu khusus anak-anak,” lanjut Lidwina.

Lidwina yang juga seorang dokter juga mengingatkan, selama penerbangan jangan sampai kekurangan cairan, baik orang dewasa maupun anak-anak. “Berikan jus buah tanpa es jika si kecil enggan minum air putih. Pramugari biasanya mondar-mandir menawarkan minuman untuk penumpang.”

Maskapai yang menerbangkan Lidwina bersama keluarganya waktu itu memang telah memiliki reputasi yang oke di dunia. Para awak kabinnya cukup ramah saat melayani penumpang, apalagi yang membawa anak-anak. Jika ada bayi atau balita yang rewel, pramugari maskapai itu tak segan untuk membantu menenangkannya, bahkan menawarkan diri untuk menggendong si kecil.

Pasar murah

Setelah mendarat di Los Angeles, koran ini langsung bertolak ke Anaheim, California, dengan menempuh perjalanan darat. Tak terlalu jauh, kira-kira hanya butuh waktu 45 menit.

Bila datang ke sini untuk berlibur dan tersedia cukup uang, bisa mengunjungi Disneyland Resort. Namun, sebenarnya banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi dengan sangu yang lebih hemat. Misalnya, jalan-jalan di pasar murah atau taman kota.

Koran ini bertemu dengan Mirillia (37), WNI asal Yogyakarta yang tengah menempuh studi di Amerika. Percakapan pun lalu mengalir menggunakan bahasa Jawa.

“Saya tinggal di Anaheim bersama keluarga. Dulu memilih pergi ke Amerika karena di sini ada banyak orang dari beberapa negara berkumpul. Alasan lainnya karena ada keluarga di sini, jadi saya tidak terlalu kesulitan untuk beradaptasi,” kata Lia sapaan akrabnya.

Suasana pasar murah di Anaheim.(Foto-foto: Iklan Kompas/Tyas Ing Kalbu dan dokumen pribadi Mirillia.

Saat hari libur, ia biasa pergi ke pasar murah atau taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pasar murah ini sebenarnya bisa menjadi destinasi menarik, terutama bagi yang gemar berbelanja.
Pasar murah diadakan setiap akhir pekan, Sabtu-Minggu di parkiran junior college. “Harganya tentu jauh lebih murah dibanding di toko. Barang yang dijual macam-macam. Ada kasur, lemari, sofa, atau perabotan rumah tangga lainnya. Yang paling banyak adalah pakaian dan sepatu. Ada juga komestik serta makanan dan minuman Meksiko. Saya biasanya belanja sayuran dan buah-buahan segar di sini,” ucap Lia.

Pengunjung yang datang ke pasar murah kebanyakan adalah warga lokal. Meski ada juga turis asing. Mereka senang belanja di sini karena tak perlu membayar pajak untuk setiap barang yang dibeli. “Mahasiswa juga banyak yang ke sini,” imbuh Lia.

Di Anaheim juga banyak terdapat taman. Ini menarik untuk mengisi waktu luang bersama keluarga secara murah. Ada taman kecil yang hanya menyediakan playground untuk anak-anak. Namun, juga ada taman yang sangat luas dengan telaga yang indah, termasuk tempat untuk mengadakan pesta barbekyu.

Anak-anak tengah bermain di suatu taman di Anaheim.

“Ada taman yang memungut biaya tapi yang gratis juga ada. Kalau anak-anak ingin menunggang kuda poni atau berkeliling taman naik kereta, yang seperti itu juga ada,” ungkap Lia.
Salah satu komunitas terbesar yang terdapat di Anaheim berasal dari Meksiko. Maka lumrah jika penganan di kota ini banyak yang bercita rasa Meksiko. Salah satunya adalah taco. Ini kuliner khas Meksiko.

Taco berupa roti tipis yang dibuat dari tepung terigu atau jagung. Di atasnya diberi topping rajangan kol mentah dan irisan daging sapi atau ayam. Lalu dilumuri sambal yang sangat menyengat dan perasan lemon atau jeruk nipis. Satu taco harganya sekitar 2 dollar AS. Saat menyantapnya, akan lebih nikmat jika ditemani secangkir mung bean milk tea alias sari kacang hijau yang dicampur dengan teh susu.

Taco, penganan khas Meksiko.

“Saya gemar mengudap makanan dan menyeruput minuman itu. Segar sekali,” sambung Lia.

Jadi, jalan-jalan di Negeri Paman Sam tak melulu harus mencecap atmosfer megapolitannya. Sebab, dengan mengunjungi pasar atau taman, kita malah bisa berjumpa warga lokal dan mengenal kebiasaan mereka. [TYS]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 13 Juli 2018.