Thousands have lived without love, not one without water.” Dalam satu kalimat pendek, penyair WH Auden dengan bernas meringkas perihal tingginya ketergantungan kita terhadap air. Termasuk ketika berlibur.

Wallace J Nichols, seorang pakar biologi kelautan, penasaran bagaimana manusia terkait begitu erat dengan air. Suatu kali, ia berdiri di dermaga Outer Banks di Carolina bagian utara, sekitar 15 meter di atas permukaan Atlantik. Sejauh mata memandang hanya ada lanskap samudra. Ia mengenakan topi biru muda dengan sulur-sulur kabel. Topi itu merupakan unit elektroensefalogram (EEG).

Nichols mengambil waktu untuk sejenak hening, membayangkan bagaimana semua yang ia tangkap di sana (pemandangan, suara, bau air laut) memengaruhi otaknya. Ia menyadari perasaan-perasaan yang muncul. Rasa ngeri dan tidak aman yang merayap pelan karena samudra yang begitu luas datang bersamaan dengan kedamaian yang luar biasa. EEG itu akan membaca refleksi rasa takut sekaligus kegembiraan ketika tubuhnya pertama kali terjun ke dalam gelombang Atlantik.

Nichols lantas mendedikasikan waktunya untuk meneliti bagaimana air berpengaruh terhadap otak kita. Pada 2014, ilmuwan tersebut menulis buku Blue Mind: The Surprising Science That Shows How Being Near, In, On, or Under Water Can Make You Happier, Healthier, More Connected, and Better at What You Do. Istilah blue mind digunakannya untuk merujuk suatu kondisi meditatif di otak yang ditandai dengan ketenangan, kedamaian, rasa utuh, kegembiraan, dan kepuasan hidup yang ditimbulkan karena kita berada di dalam atau di dekat air.

Seperti dilansir Huffingtonpost.com, Nichols menggarisbawahi sejumlah poin tentang bagaimana air dapat membantu pikiran dan tubuh lebih relaks dan membuat kita lebih kreatif. Pertama, air memberi otak kita istirahat. Otak membutuhkan rehat dari beragam gadget, kesibukan di kantor atau rumah, atau hiruk-pikuk jalanan. Alasannya, indera kita menangkap informasi yang lebih sederhana di dekat air: suara air dan angin, panorama yang lebih simpel dibandingkan ketika kita berada di perkotaan yang padat.

Air juga dapat mendorong otak mencapai kondisi meditatif secara perlahan dan lembut. Ini karena otak memasukkan informasi sensori yang tidak berlebihan, tidak seperti ketika kita menonton televisi atau bermain gim video. Efeknya, penurunan level stres, peningkatan kejernihan mental dan fokus, serta kualitas tidur yang lebih baik. Sementara itu, perasaan takjub akan keindahan alam memberi kita rasa persatuan dengan semesta, membuat kita merasa terkoneksi dengan sesuatu yang lebih besar.

Vitamin Sea

Tak heran, laut senantiasa menjadi magnet bagi pelancong. Kadang, pantai itu pun tak perlu semuluk Gili di Lombok, Ora di Maluku, atau Raja Ampat di Papua. Jika biaya ke sana masih dirasa terlalu mahal dan waktu yang mesti diluangkan terlalu banyak, bisalah kita berkunjung ke sekitar saja sambil menabung dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung ke pantai-pantai tersohor tersebut.

Warga Lampung Selatan, misalnya, kerap berkunjung ke Pantai Pasir Putih untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Pada Minggu (16/8), tepian Pantai Pasir Putih penuh dengan kelompok-kelompok orang yang menggelar tikar. Sambil menikmati sepoi angin, suara ombak, dan naik surut gelombang laut, sebagian mereka asyik bersantap bekal yang telah mereka bawa. Yang lain merendam diri di air atau bermain kano.

Di seberang pantai, kita bisa melihat Pulau Condong, Pulau Pimping, dan Pulau Bule. Hanya Pulau Condong yang berbentuk seperti mangkuk telungkup yang terbuka untuk umum. Tak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan menyambangi pulau ini. Jarak sekitar 5 kilometer dari Pasir Putih ke Pulau Condong ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit. Biasanya tarif yang ditetapkan untuk pergi-pulang satu orang Rp 30 ribu.

Begitu kapal hendak merapat, jernihnya air membuat kita sudah bisa melihat dasar laut yang tidak dalam. Bening air barangkali daya tarik Pulau Condong yang paling besar. Sesekali sekelompok ikan berlesatan dan melompat. Sayangnya, terumbu karang tak terawat baik. Sekitar 10 tahun silam, ragam warna dan bentuk terumbu karang bisa dinikmati dari atas kapal dengan kaca yang ditempelkan di permukaan air. Kini, warna-warni itu cenderung berubah menjadi kecokelatan.

Di Pulau Condong, pengunjung biasanya berenang di bagian utara pulau yang lebih landai. Namun, kita juga bisa menikmati pulau ini di sisi baratnya. Di sini, terdapat semacam terowongan karang yang panjangnya sekitar empat meter. Cukup menyenangkan untuk memandang laut sambil berteduh.

Seperti kesimpulan Nichols, rasau angin; deru ombak; dan gradasi warna putih pasir, biru muda pantai, sampai biru tua laut yang agak dalam memberi kesempatan bagi indera kita untuk menyesap keindahan dalam kesederhanaan. Tak salah yang dikatakan para pencinta laut, sometimes all you need is vitamin sea. [FELLYCIA NOVKA KUARANITA]

dok. Fellycia Novka Kuaranita

noted: tentang kita dan laut