Mudah dan praktis, dua alasan itu cukup menjelaskan kepopuleran mobil bertransmisi otomatis (mobil matik) yang semakin meroket. Apalagi di kota besar seperti Jakarta yang lalu lintasnya sering dilanda kemacetan, mobil bertransmisi otomatis tentu lebih nyaman digunakan karena tidak perlu repot menginjak kopling dan memindahkan tuas persneling berkali-kali, cukup injak gas dan rem.
Meski demikian, ada yang menganggap mobil bertransmisi otomatis kurang responsif saat melaju di jalan, apalagi saat hendak mendahului kendaraan lain. Pandangan tersebut sebenarnya tidak tepat. Selain perkembangan teknologi, ada dua teknik yang bisa dilakukan di mobil bertransmisi otomatis, yakni kick down dan down shift.
Kick down. Ini adalah cara untuk mendapatkan torsi tambahan dengan menyentakkan pedal gas atau secara spontan menekan pedal gas dalam-dalam. Maksud dari tindakan tersebut adalah gigi transmisi berpindah ke gigi yang lebih rendah. Langkah yang biasa dilakukan saat hendak mendahului kendaraan tersebut bisa dilakukan dalam kondisi apa pun tanpa perlu khawatir akan membuat beberapa komponen menjadi cepat aus.
Down shift. Ini adalah cara untuk menurunkan gigi ke posisi lebih rendah lewat tuas persneling, misalnya saat hendak memindahkan gigi dari posisi D ke 3. Berbeda dengan kick down, langkah yang satu ini perlu dilakukan secara hati-hati karena ada batas kecepatan maksimum.
Misalnya, jika kecepatan kendaraan saat melaju di atas 100 kilometer/jam, hindarilah memindahkan dari posisi gigi 3 ke 2 karena akan membuat putaran mesin menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan mobil manual saat melaju dengan kecepatan tinggi, lantas kita memindahkan dari gigi 4 ke 3 atau yang ada di bawahnya. Putaran mesin yang tinggi berakibat tekanan minyak hidrolis yang ada di dalam transmisi menjadi terlalu tinggi dan ini berpotensi lebih cepat merusak transmisi.
Hal lain yang patut dihindari adalah tidak menginjak pedal gas berbarengan dengan menginjak rem karena hal ini bisa merusak transmisi. [ASP]