Siang hari, aku pulang dari sekolah bersama ibu. Tiba-tiba mata ibu tertuju pada dus besar di depan rumah Ibu Rahayu, tetangga kami dan kami berdua berhenti di situ. “Niko, lihat ini kain perca.” Ibu mendekati dan menunjukkan beberapa kain dari dus  itu.

“Untuk apa itu, Bu?” tanyaku.

“Ini bisa untuk apa saja, Nak,” terang ibu dengan mata berbinar. “Sebentar…”

Ibu memberi isyarat tangan agar aku diam sejenak dan ibu membunyikan bel rumah Ibu Rahayu. Bel berbunyi dan tak lama kemudian, terdengar suara dari dalam. “Ya, siapa ya?”

“Bu, ini saya, Bu Indri,” terang ibuku.

“Oalah, Bu Indri. Saya kira siapa. Tumben Bu mampir. Ada apa? Ayo, masuk,”  kata Ibu Rahayu.

“Oh tidak usah, Bu. Saya ke sini cuma mau tanya apakah kain-kain perca yang di dalam dus ini masih terpakai atau tidak ya, Bu?”

“Kain-kain itu sudah tidak saya pakai, Bu. Itu saya buang di luar biar nanti diangkut tukang sampah saat lewat nanti. Kenapa, Bu?” tanya Bu Rahayu sedikit bingung.

“Syukurlah. Kalau memang sudah tidak terpakai, apakah boleh saya bawa pulang ya, Bu?”

“Tentu saja boleh, Bu Indri. Silakan.”

“Terima kasih banyak, Bu Rahayu.”

“Sama-sama, Bu. Silakan dibawa dusnya. Niko kamu bantu ibumu, ya,” pinta Bu Rahayu padaku.

“Siap, Tante.”

Ibuku bersamaku membawa dus besar berisi kain perca.

Sampai di rumah, ibu segera membongkar dus berisi kain perca, lalu mengambil peralatan jahitnya. Kebetulan memang ibuku pandai menjahit.

Lalu kulihat ibu tekun dan fokus menjahit.

“Bu…,” panggilku.

“Ya, Nak.”

“Akan Ibu apakan kain-kain itu , Bu?” tanyaku penasaran.

“Ibu akan membuat tas dari kain perca ini.. Reuseable hand bag alias tas yang bisa dipakai berulang-ulang. Kalau kita pergi belanja ke supermarket, kan sudah tidak pakai kantong belanja atau plastik lagi, tas kain perca ini sangat berguna,” terang ibuku.

“Wah, Bu. Itu pas sekali dengan pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah. Tentang mengurangi pemakaian plastik dan dengan menggunakan tas yang ibu buat, itu juga bisa membantu mengurangi pencemaran lingkungan loh, Bu. Bermanfaat banget, Bu. Keren Ibu.” seruku girang.

“Kain-kain perca ini banyak. Jadi, ibu bisa membuat banyak tas. Ibu akan bagikan juga untuk Bu Rahayu dan tetangga lain.”

“Bu, boleh tidak kalau Niko bawa juga ke sekolah, untuk Niko berikan pada Bu Tuti, wali kelas Niko,” pintaku.

“Tentu saja boleh, sayang,” jawab ibuku.

Ibuku dengan dibantu aku mengerjakan pembuatan tas kain perca sambil menunggu ayah pulang. Aku memilih-milih kainnya dan ibu menjahit. Sungguh menyenangkan. *

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Fidelis Sinta
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita