“Dayu, jangan lupa ke rumah Tante Uli, ya! Ambil pesanan Ibu,” kata Ibu dari dapur.
“Baik, Bu,” balas Dayu.
Dayu bergegas ke rumah Tante Uli. Ia naik sepeda warna hijau, hasil dari menabung sejak kelas 1 SD. Sekarang, Dayu sudah kelas 4 di sebuah SD negeri di Purwokerto, Jawa Tengah. Setelah 10 menit, Dayu sampai di rumah Tante Uli.
“Eh, Dayu sudah sampai, ya?” kata Tante Uli.
“Iya, Tante. Dayu disuruh Ibu mengambil pesanan.”
“Tunggu sebentar, ya. Tante ambilkan tas belanja dan dompet pesanan ibu kamu. Kamu duduk di sini sama teman-teman Tante.”
Dayu mengangguk. Dayu melihat ada tiga ibu-ibu di rumah Tante Uli. Mereka sibuk menggunting, melipat bungkus bekas kopi dan detergen.
“Tante semua sedang membuat apa?” tanya Dayu penasaran.
“Kita sedang membuat tas dari sampah plastik yang tidak terpakai. Ini contohnya,” sahut salah seorang ibu berambut ikal.
“Wah, bagus, Tante. Oo, ternyata tas ini dari sampah plastik, ya, Tante?” tanya Dayu takjub.
“Iya. Dayu. Semua dari sampah plastik,” Ternyata Tante Uli yang kemudian menjawab pertanyaan dari Dayu. Tante Uli juga sudah membawa pesanan ibunya Dayu. “Tante Uli pernah belajar membuat kerajinan tangan dari sampah plastik. Tante dibantu ibu-ibu sekitar sini untuk membuatnya.”
“Ini namanya tas dan dompet daur ulang, Dayu. Kamu tahu kan kalau sampah plastik itu membutuhkan waktu sekitar 100 tahun agar bisa terurai. Jadi, Tante dan ibu-ibu di sini memanfaatkan sampah plastik untuk dibuat kerajinan tangan yang bermanfaat,” jelas Tante Uli.
Dayu hanya manggut-manggut. Ia tak menyangka jika sebuah sampah plastik baru bisa terurai setelah 100 tahun. Dayu merasa ngeri membayangkan jika tumpukan plastik akan terus bertambah dan menumpuk. Dayu teringat anjuran dari Bu Guru Tati agar murid-murid mengurangi penggunaan kantung plastik. Dayu mengerti sekarang.
“Terima kasih Tante Uli. Kapan-kapan, kalau Dayu ingin belajar membuat tas daur ulang, apakah Dayu boleh datang ke sini Tante?” tanya Dayu.
“Tentu saja boleh, Dayu. Tante senang mendengarnya,” jawab Tante Uli.
Setelah pamit, Dayu segera pulang ke rumahnya.
“Terima kasih, Dayu,” kata Ibunya setelah menerima tas dan dompet dari Dayu.
“Bu, Tante Uli hebat ya? Tante bisa memanfaatkan limbah plastik menjadi kerajinan tangan yang bagus dan bermanfaat,” kata Dayu.
“Iya, Dayu. Tante Uli itu termasuk pahlawan lingkungan karena telah menyelamatkan bumi dari sampah plastik dengan mendaur ulangnya,” jelas Ibu.
“Wah, Dayu juga ingin seperti Tante Uli, Bu. Dayu boleh kan belajar membuat tas daur ulang di rumah Tante Uli?” pinta Dayu.
“Tentu saja!” jawab Ibu. Dayu tersenyum bahagia dan memeluk ibunya. *
Penulis: Fitri Kurnia Sari
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita